Pagi sudah tiba, waktunya untuk terbangun dan memulai aktivitas keseharian. Namun sepertinya hal itu tidak dilakukan oleh seorang pria yang masih tertidur tenang dengan suara dengkuran halus. Terlebih suhu udara pagi ini lebih dingin dari hari-hari sebelumnya sehingga seseorang malas beranjak dari tempat tidur.
Seokjin bergumam pelan, sedikit menggeliat dengan mata yang masih terpejam. Pria itu masih setengah sadar. Lalu ia berguling ke samping kiri, mengulurkan tangan serta kakinya untuk memeluk seorang wanita yang selalu tidur di sampingnya sejak mereka resmi menjadi sepasang suami istri.
Namun saat tangan dan kakinya mendarat, ia tidak merasakan tubuh istrinya yang terbaring. Dengan begitu, keningnya mengerut dengan mata yang masih setia terpejam seraya meraba-raba seprai dengan tangannya.
Hal itu membuatnya membuka mata secara perlahan dan Seokjin tidak menemukan siapapun di sampingnya. Sampai akhirnya pria itu menyipitkan matanya karena terpaan sinar mentari pagi ketika seorang wanita membuka tirai jendela kamar mereka dengan sepenuhnya.
Jisoo berbalik dan tersenyum pada Seokjin yang masih terbaring dengan wajah bantalnya di kasur. "Ayo bangun, pemalas."
Seokjin mendengus, sedikit menggeliat dan kembali membungkus dirinya dengan selimut. Hal itu membuat Jisoo menghela nafas, lalu berjalan mendekati suaminya.
"Bangunlah, kau mau terlambat masuk kerja hari ini?" katanya seraya menyibakan selimut yang menutupi seluruh tubuh Seokjin yang kini meringkuk.
"Iya, nanti sebentar lagi." balas Seokjin dengan suara serak, khas orang yang baru bangun tidur.
"Astaga," Jisoo menarik tangan Seokjin untuk memposisikan suaminya terduduk. "Ayolah, bangun nanti kau terlambat."
Seokjin mendengus, matanya masih setengah terbuka dengan rambut yang berantakan. Rasanya matanya seperti di beri lem perekat, karena sungguh matanya sulit sekali untuk terbuka sepenuhnya. Ayolah, ijinkan Seokjin untuk bermalas-masalan di pagi yang dingin ini dengan selimut yang membungkus untuk menghangatkan tubuhnya.
"Berikan aku waktu sepuluh menit lagi, sayang." ucap Seokjin yang kembali menjatuhkan kepalanya ke atas bantal, lalu menarik selimut hingga hampir menutupi seluruh tubuhnya.
Jisoo menggeleng pelan, tak habis pikir dengan suaminya yang selalu sulit di bangunkan. Memang benar apa yang dikatakan Ibu mertunya saat dirinya masih berpacaran dengan Seokjin. Suaminya itu memang sulit di bangunkan, apalagi dengan cuaca yang dingin seperti ini.
"Jika oppa tidak bangun sekarang juga, aku tidak akan memberikan jatah padamu selama tiga bulan penuh!" ancam Jisoo yang membuat Seokjin membuka matanya lebar-lebar dan segera bangkit dari posisinya tidurnya menjadi duduk dengan cepat.
Yang benar saja! Tiga bulan penuh katanya? Oh, ayolah! Menunggu Jisoo selesai mendapat datang bulan selama satu minggu saja dirinya sudah sangat tidak tahan dan selalu berakhir melampiaskannya di kamar mandi. Apalagi tiga bulan penuh. Bisa kejang-kejang dirinya karena tidak mendapatkan hal yang seharusnya di berikan istri untuk sang suami.
Melihat reaksi Seokjin yang langsung bangkit, Jisoo tersenyum penuh kemenangan. Memang ya, Seokjin paling sensitif jika membawa masalah jatah seorang suami.
"Kau memang gila, tiga bulan penuh mana bisa aku tahan!" kata Seokjin tak terima.
Jisoo tertawa kecil. "Yasudah, makanya cepat bangun."
Seokjin mendengus seraya meninju permukaan kasur.
"Ayolah, cepat. Segeralah mandi setelah itu sarapan, aku akan menunggumu di bawah." ujar Jisoo yang hendak pergi, namun dengan cepat Seokjin menahannya dengan menarik penggelangan tangan istrinya sehingga wanita itu mendarat di kasur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Long Distance Relationship
Fanfiction[COMPLETED] Kim Seokjin harus melanjutkan pendidikannya ke Australia dan terpaksa harus meninggalkan kekasihnya, Kim Jisoo. Awalnya, Jisoo ragu untuk menjalani hubungan jarak jauh dengan Seokjin, ia tidak yakin jika dirinya mampu menjalani hubungan...