25: 알 수없는 번호 (Unknown Number)

3.1K 368 73
                                    

Seokjin menatap pantulan dirinya di depan cermin. Merapikan tataan rambutnya yang sedikit kurang rapi dan kembali memperhatikan penampilannya yang berbeda malam ini.

Pria bersurai hitam pekat itu tersenyum seraya mengusap tangannya di area dagu. Berkali-kali bergumam bahwa dirinya selalu tampan dilihat dari sisi manapun.

Terkadang, Seokjin bisa menjadi seseorang yang tingkat percaya dirinya tak terbatas serta kelakuannya yang menjengkelkan. Tetapi disaat tertentu, Seokjin bisa menjadi pria yang tenang, hangat dan dewasa.

Mendadak, Seokjin kembali teringat dengan ucapan Jisoo sore tadi di telepon. Baru kali ini Seokjin dilarang melakukan sesuatu oleh Jisoo. Kekasihnya itu jarang sekali, bahkan seingatnya Jisoo tidak pernah melarangnya untuk melakukan apapun.

Seokjin berjalan mendekati ranjang dan duduk di pinggirannya, meraih ponsel dan kembali membuka ruang obrolannya dengan Jisoo.

Jichu
Jangan pikirkan ucapanku tadi. Bersenang-senanglah.

Itu adalah pesan terkhir dari Jisoo setelah mereka selesai berbicara di telepon. Meski Jisoo telah mengatakan hal itu di pesan, Seokjin tetap merasa tidak enak dengan ucapan Jisoo.

"Kau sudah bersiap rupanya?" tanya Namjoon yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan rambut yang masih basah.

Seokjin menoleh dan mengangguk pelan. Pikirannya masih tertuju pada ucapan Jisoo. Hal itu membuatnya ragu untuk menemani Heejung ke pesta teman satu universitasnya itu.

"Namjoon-ah." panggil Seokjin.

Namjoon yang tengah mengeringkan rambut dengan handuk kembali menoleh. "Wae?"

Seokjin terdiam, berpikir sejenak apakah dirinya harus meminta pendapat Namjoon soal masalah kecilnya. Sungguh, ia mendadak tidak karuan setelah Jisoo melarangnya untuk pergi ke pesta dengan Heejung. Padahal, meski tidak dengan Heejung Seokjin akan tetap datang karena itu pesta ulang tahun temannya.

"Menurutmu... Kenapa Jisoo melarangku untuk pergi ke pesta dengan Heejung?" tanya Seokjin.

Namjoon terkekeh seraya kembali mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil. "Menurutmu apa? Mungkin karena dia tidak mau pacarnya pergi dengan wanita lain."

"Jadi?"

"Yah, mungkin dia cemburu."

Seokjin membuang nafas. "Kau juga berpikiran begitu? Aku juga sempat berpikir kalau dia cemburu."

"Jadi sekarang kau mau bagaimana?" Namjoon kini duduk di tepi ranjangnya yang berhadapan dengan Seokjin.

"Aku akan tetap datang. Lagi pula aku kan memang di undang." jawab Seokjin.

"Yasudah kalau begitu, bersiaplah. Mungkin Heejung sudah menunggumu." ucap Namjoon seraya beranjak dan berjalan menuju sebuah rak buku.

Seokjin mendesis. "Padahal aku selalu berkata jujur padanya. Namun sepertinya aku berkata jujurpun tetap saja masalah selalu datang."

Namjoon terkekeh. "Ya, Kim Seokjin, dengar. Memangnya siapa wanita yang tidak suka pacarnya pergi menemani wanita lain ke pesta meski wanita yang ditemaninya itu hanya seorang teman?"

"Dan memangnya siapa wanita yang tidak marah ketika wanita lain menggandeng lengan pacarnya di sebuah pesta?" tambah Seokjin.

Seokjin terdiam.

"Coba bayangkan jika kau di posisi Jisoo. Memangnya kau akan rela dengan sepenuh hati jika pacarmu pergi dengan pria lain dan menggandeng lengan pria lain, huh?" Namjoon terkekeh kecil. "Aku tidak yakin kau akan diam begitu saja. Kau kan pecemburu."

Long Distance RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang