Sepanjang jalan, Seokjin tak henti-hentinya melirik ke kanan dan ke kiri untuk mencari keberadaan Heejung. Gadis itu bilang bahwa dia ada di dekat sebuah persimpangan jalan, Heejung berdiri tepat di bawah lampu jalan yang redup.
Seokjin khawatir saat Heejung meneleponnya dengan suara gemetar, meminta tolong padanya untuk menjemputnya segera karena jalanan sudah cukup sepi. Meski Seokjin sudah lelah dan ingin segera istirahat karena besok harus bangun pagi-pagi sekali, ia tetap memaksakan untuk menjemput temannya itu. Ia juga tidak tega menyuruh Heejung untuk pulang dengan taxi.
Seokjin menginjak pedal rem ketika matanya menemukan sosok Heejung yang berdiri di bawah lampu jalanan. Mobilnya berhenti tepat di samping gadis itu. Ia turun dan berjalan menghampiri Heejung yang terlihat hampit menangis.
"Seokjin-ah!" seru Heejung seraya memeluk tubuh Seokjin.
Seokjin yang sudah biasa dengan ini, hanya menepuk punggung temannya bermaksud untuk sedikit menenangkannya. Lalu beberapa detik kemudian ia segera melepas Heejung yang memeluknya.
Meski di negara ini adegan saling memeluk adalah hal biasa yang di lakukan oleh teman lawan jenis, tetapi Seokjin masih merasa bahwa hal itu terlalu berlebihan untuknya. Bahkan saat awal kuliah, ia sempat merasa bersalah pada Jisoo saat seorang teman kampusnya memeluknya erat sebagai tanda terima kasih.
"Kau tidak apa-apa? Ada yang mengganggumu?" tanya Seokjin.
Heejung menggeleng.
"Aku pikir kau sudah di asrama. Kenapa kau sendirian? Kenapa tidak pulang dengan teman-temanmu saja?" tanya Seokjin.
"Mereka tidak ada yang satu arah denganku." jawab Heejung.
Seokjin mendengus. "Bohong. Kau hanya ingin pulang denganku kan? Aku sudah tau gelagatmu."
Heejung terkekeh geli. "Rupanya kau sudah tau maksudku."
"Dasar merepotkan. Aku lelah dan ingin istirahat, besok aku harus bangun pagi dan menjalani tes lisan. Aish! Aku lupa dengan pembahasan materinya, sepertinya aku harus begadang lagi." dengus Seokjin.
Heejung meraih tangan Seokjin, lalu menatapnya. "Jangan kelelahan, aku takut kau sakit."
Seokjin melirik tangannya dan segera melepaskannya dari genggaman Heejung. "Makanya kau jangan merepotkanku terus. Lain kali kalau ada teman yang satu arah denganmu, ikutlah dengannya. Jangan terus bergantung padaku, mengerti?"
Heejung mengangguk dengan menunjukan senyum manisnya dan membuat matanya semakin menyipit.
"Baiklah, ayo pulang."
"Kau tidak membukakan pintu mobilnya untukku?" tanya Heejung.
"Ya, kau tidak punya tangan? Lakukanlah sendiri." balas Seokjin yang langsung masuk ke dalam mobilnya.
Heejung terkekeh, memasuki mobil dan duduk di sebelah kursi kemudi.
Sepanjang jalan, ia hanya memperhatikan Seokjin. Ia tidak tahu pasti apakah Seokjin sadar atau tidak bahwa pria itu sedang di perhatikan olehnya. Namun sepertinya Seokjin sadar, tetapi pria itu tidak mempedulikannya dan tetap fokus pada jalan raya di depannya.
Heejung suka memandang wajah Seokjin. Namun ia juga merasa khawatir jika Seokjin menunjukan raut wajah gelisah, seperti memiliki sebuah masalah.
"Kau ada masalah?" tanya Heejung.
Seokjin hanya diam, tidak menjawab. Ia fokus menyetir dengan pandangan lurus ke depan menatap jalan raya.
"Sepertinya kau punya masalah. Ada apa? Ceritalah padaku." ucap Heejung yang menyentuh lengan Seokjin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Long Distance Relationship
Fanfiction[COMPLETED] Kim Seokjin harus melanjutkan pendidikannya ke Australia dan terpaksa harus meninggalkan kekasihnya, Kim Jisoo. Awalnya, Jisoo ragu untuk menjalani hubungan jarak jauh dengan Seokjin, ia tidak yakin jika dirinya mampu menjalani hubungan...