"Jimin-ah, dengarkan aku baik-baik. Sebelumnya, aku minta maaf jika aku menyakiti hatimu. Kita kembali dekat bukan berarti aku memberimu harapan. Aku hanya ingin membuat sebuah hubungan baik yang berupa pertemanan denganmu. Hanya teman, tidak lebih."
"Jika sikapku padamu seolah memberi harapan lebih, maafkan aku. Aku tidak bermaksud membuatmu berharap lebih pada kedekatan kita. Aku pikir, hubungan pertemanan lebih baik untuk kita, Jim."
"Lupakan semua kenangan kita di masa lalu dan mulailah membuka hati untuk seseorang yang lebih baik untukmu."
Jimin memejamkan matanya seraya menghela nafas dan menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa. Sudah beberapa hari sejak dirinya kembali mengungkapkan perasaannya pada Jisoo, namun ucapan Jisoo masih terus terbayang. Dan hal itu cukup menyiksanya karena dirinya masih belum bisa menerima bahwa Jisoo benar-benar sudah tidak bisa di dapatkan lagi.
"Tapi, Jimin-ah. Kau tidak perlu khawatir. Aku tidak akan membuat kedekatan kita merenggang. Kita bisa menjadi teman dekat."
Yah, teman. Jimin sudah cukup mempunyai banyak teman perempuan diluar sana.
"Chaera?" Jimin sedikit terkejut dengan kehadiran seorang perempuan yang entah sejak kapan sudah masuk ke dalam rumahnya.
Perempuan itu mencebikan bibirnya seraya berjalan mendekati Jimin, lalu duduk bersebelahan di sofa.
"Kenapa kau tidak membalas pesanku? Aku sudah menunggumu hampir satu jam. Katanya kau akan datang, tetapi nyatanya kau sama sekali tidak bergerak dari rumahmu." ucap Chaera dengan wajah kesalnya yang masih terlihat menggemaskan.
Jimin memejamkan matanya sekilas, lalu mengacak rambutnya seraya merutuki kebodohannya yang sudah membuat sahabatnya menunggu terlalu lama. "Chaera-ya, mianhaeyo. Tidak seharusnya aku membuatmu menunggu."
"Maafkan aku, ya? Aku benar-benar dalam keadaan buruk saat ini." tambah Jimin.
"Kenapa? Apakah kau merindukan Ibumu?" tanya Chaera yang mengusap pelan rambut Jimin. Hal biasa yang selalu dilakukan olehnya sejak dulu untuk membuat Jimin merasa lebih baik.
Jimin memejamkan matanya, menikmati usapan lembut Chaera di kepalanya. Dan tak lama setelah itu, Jimin mendaratkan kepalanya di bahu Chaera.
"Yah, salah satunya itu. Aku sangat merindukan Ibuku. Aku sangat ingin memeluk Ibuku saat ini." ucap Jimin lirih seraya menahan rasa sesak di dalam dadanya ketika mengingat sosok Ibunya kembali.
Sebagai sahabat, Chaera tentunya merasakan apa yang di rasakan Jimin saat ini. Pria itu pasti sangat tersiksa karena kehilangan Ibunya.
"Kau bisa nemelukku jika hal itu membuatmu merasa lebih baik."
Tak lama setelah Chaera mengucapkannya, Jimin segera mengubah posisinya, memeluk sahabatnya dengan erat seraya menenggelamkan kepalanya di leher jenjang Chaera.
Chaera terkekeh seraya balas memeluk Jimin dan mengusap punggung serta rambut pria itu.
"Chaera-ya, apakah kau pernah merasa sangat sulit untuk melupakan seseorang yang kau cintai?" tanya Jimin.
Chaera terdiam sejenak karena cukup terkejut. "Iya, aku pernah." bahkan aku masih terjebak.
"Apa yang kau lakukan untuk melupakannya?" tanya Jimin seraya terus menghirup aroma tubuh Chaera yang manis.
Chaera menghela nafas. "Aku tidak tahu, tapi aku berusaha untuk meyakinkan diriku agar tidak berharap lebih."
Dengan posisi yang masih sama, Jimin terkekeh. Hembusan nafasnya sedikit menggelitik di leher Chaera.
KAMU SEDANG MEMBACA
Long Distance Relationship
Fanfiction[COMPLETED] Kim Seokjin harus melanjutkan pendidikannya ke Australia dan terpaksa harus meninggalkan kekasihnya, Kim Jisoo. Awalnya, Jisoo ragu untuk menjalani hubungan jarak jauh dengan Seokjin, ia tidak yakin jika dirinya mampu menjalani hubungan...