39 : 가까운 (Near)

3.5K 427 112
                                    

Cahaya matahari perlahan masuk melalui celah-celah jendela, membuat mata seorang pria yang terpejam kini mengerjap dan membuka matanya secara perlahan.

Hal pertama yang ia lihat saat membuka kedua matanya adalah wajah seorang wanita yang masih tertidur dengan tenang di sampingnya.

Jantung Seokjin kembali berdetak cepat ketika indra penciumannya merasakan aroma khas dari Jisoo yang membuatnya merasa nyaman serta hembusan nafasnya yang menerpa lehernya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jantung Seokjin kembali berdetak cepat ketika indra penciumannya merasakan aroma khas dari Jisoo yang membuatnya merasa nyaman serta hembusan nafasnya yang menerpa lehernya. Di tambah dengan wajah polos dan menggemaskan dari gadis itu yang membuat dirinya semakin tidak mau beranjak dari tempatnya. Sungguh pemandangan di pagi hari yang indah.

Berada di posisi sedekat ini dengan Jisoo merupakan suatu hal yang tidak bisa ia percaya. Selama empat tahun menjalin hubungan, mereka tidak pernah tidur dalam satu ranjang bersama seperti saat ini. Mereka hanya pernah tidur bersama di sofa dengan posisi saling bersandar satu sama lain. Itu pun mereka tertidur tidak sengaja saat menonton sebuah film di laptop di rumah Jisoo.

Seokjin pernah membayangkan adegan seperti ini saat dirinya menikah dengan seseorang yang akan menjadi istrinya nanti. Ia selalu membayangkan terbangun dengan tenang di pagi hari dan hal pertama yang ia lihat adalah wajah cantik istrinya. Lalu saat istrinya terbangun, dirinya akan mendapatkan sebuah ciuman manis di pagi hari.

Argh! Tidak seharusnya ia berpikir seperti itu sekarang. Seokjin harus menata masa depan lebih dulu dengan baik sebelum hal itu terjadi.

Terlepas dari pemikirannya tentang hal itu, kini tangan Seokjin terulur menyentuh beberapa helaian rambut milik Jisoo yang menutupi sebagian wajah cantiknya. Lalu ia menyampirkannya ke belakang telinga gadis itu dengan gerakan lembut dan hati-hati.

Bersamaan dengan itu, Jisoo perlahan membuka matanya saat ia merasakan ada sesuatu yang bergerak di dekat wajahnya. Ia membuka matanya dan tatapannya langsung bertemu dengan Seokjin yang juga tengah menatapnya.

Jisoo bisa merasakan hembusan nafas Seokjin yang menerpa wajahnya. Jangan lupakan tubuhnya yang sedikit menempel pada Seokjin karena kasur yang mereka tempati merupakan sebuah kasur yang dibuat khusus untuk satu orang sehingga mereka harus berada di posisi sedekat ini agar salah satunya tidak terjatuh.

Dalam hati, Jisoo berharap semoga Seokjin tidak mendengar atau merasakan degup jantungnya yang berdetak sangat kencang.

"Maaf karena membuatmu terbangun." ucap Seokjin dengan nada rendah, terdengar lembut.

"Gwaenchanha, ini memang sudah waktunya untuk bangun." ujar Jisoo dengan suara seraknya, khas seperti orang yang baru bangun tidur.

"Kau sudah membaik?" tanya Seokjin seraya menempelkan punggung tangannya pada kening Jisoo, memastikan bahwa Jisoo tidak kembali demam. "Aku takut kau demam lagi."

Jisoo hanya memejamkan matanya ketika tangan Seokjin menyentuh keningnya. Dan, jujur saja. Berada di dekat Seokjin dengan posisi seperti ini adalah hal ternyaman yang pernah ia rasakan. Jisoo merasa nyaman, tenang dan aman seakan mendapat perlindungan.

Long Distance RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang