Langit jingga perlahan berubah menjadi kelabu bersamaan dengan matahari yang perlahan bergerak tenggelam, namun kedua manusia yang berada di sebuah gang kecil itu masih bercumbu seakan tak ada hari esok.
Seokjin terus menekan tekuk Jisoo untuk lebih memperdalam serta mempercepat gerakannya, menggerakan kepalanya ke kanan dan ke kiri tanpa melepas lumatan yang semakin rakus. Hal itu menimbulkan suara decapan ringan di setiap pergerakan mulut mereka yang saling bersahutan.
Tangan Jisoo yang semula melingkar di leher Seokjin, kini bergerak perlahan pada rambut pria itu dan meremasnya seolah menyalurkan kenikmatan yang tengah ia rasakan.
Seakan tak mau kalah, Seokjin mendorong tubuh Jisoo sampai membentur dinding tanpa melepas ciuman mereka yang semakin panas dan penuh dengan gairah hingga tubuh Seokjin menempel pada tubuh Jisoo. Kini, tidak ada jarak lagi di antara mereka.
"Nghh." lenguh Jisoo di sela ciumannya seraya kembali meremas rambut Seokjin.
Seolah tersadar atas apa yang telah ia lakukan, Seokjin mendadak membuka matanya selebar mungkin lalu menjauhkan bibirnya yang sudah basah dari bibir Jisoo. Namun meski begitu, tangan Jisoo masih melingkar di leher Seokjin sehingga jarak di antara mereka masih cukup dekat, mereka masih bisa merasakan setiap hembusan nafas masing-masing.
"Ma-maaf." ucap Seokjin. "A-aku benar-benar tidak bisa mengendalikan diriku."
Jisoo masih terdiam dengan tatapannya yang tidak terlepas menatap iris hitam Seokjin.
"Ji-jisoo-ya?"
"Kau tau, salah satu hal yang paling aku tidak suka adalah ketika kau dengan tiba-tiba melepaskan bibirmu di tengah ciuman." ucap Jisoo yang membuat Seokjin terdiam dengan sejuta pemikirannya.
"Tap-tapi--"
Belum sempat Seokjin menyelesaikan kalimatnya, Jisoo kembali menarik Seokjin mendekat lalu kembali melumat bibirnya langsung dengan gerakan cepat seolah meminta lebih.
Seokjin hampir memejamkan matanya, namun Jisoo lebih dulu menjauhkan bibirnya sehingga matanya kembali terbuka dan menatap wajah Jisoo yang terlihat semakin mempesona walau langit sudah gelap.
"Wae?"
"Jangan pernah melepaskan bibirmu secara tiba-tiba lagi!" ucap Jisoo yang lalu kembali menarik Seokjin.
Seokjin tersenyum di sela ciuman mereka. Apa-apaan ini? Kenapa Jisoo menjadi nakal dan liar seperti ini? Ah! Tidak peduli dengan hal itu, dirinya benar-benar sangat menikmatinya.
Gerakan mereka semakin cepat, suara decapan serta nafas mereka yang menderu. Keduanya seolah tidak ingin kalah satu sama lain. Seokjin semakin mempercepat gerakan bibirnya, bahkan sempat menggigit bibir bawah Jisoo dengan gemas. Begitupun juga hal yang sama dengan apa yang di lakukan Jisoo pada Seokjin.
Begitu seterusnya sampai Seokjin merasakan sesuatu yang terasa sakit mengenai kepalanya.
Dug!
"AH!"
Seokjin terbangun sepenuhnya ketika pria itu terjatuh dari atas kasurnya hingga kepalanya membentur nakas yang terletak di samping ranjangnya. Hal itu membuat Seokjin meringis seraya mengusap keningnya yang terasa sakit akibat benturannya pada sebuah nakas.
Dan Seokjin tersadar sepenuhnya ketika menyadari bahwa sejak tadi dirinya memeluk erat sebuah guling.
Saat itu juga Seokjin menyadari bahwa hal yang telah ia lakukan semuanya hanyalah mimpi.
Semuanya tidak nyata.
Sial!
"Aish! Bodoh!" maki Seokjin seraya melempar gulingnya ke sembarang arah. "Kenapa aku bisa bermimpi seperti itu? Benar-benar menyebalkan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Long Distance Relationship
Fanfiction[COMPLETED] Kim Seokjin harus melanjutkan pendidikannya ke Australia dan terpaksa harus meninggalkan kekasihnya, Kim Jisoo. Awalnya, Jisoo ragu untuk menjalani hubungan jarak jauh dengan Seokjin, ia tidak yakin jika dirinya mampu menjalani hubungan...