"Selamat ulang tahun, anakku tersayang!"
Seokjin tersenyum lebar dengan hati yang menghangat saat Ibunya mengucapkan selamat ulang tahun dengan semangat padanya. Walau hanya bisa menatap ibunya di layar laptop, itu sudah cukup membuatnya merasa bahagia.
"Aigoo, eomma terima kasih. Aku jadi semakin merindukan rumah. Ini adalah hari ulang tahun pertamaku tanpa kue ulang tahun buatan eomma."
Sementara itu, Jungkook yang sejak panggilan video dimulai sudah duduk di samping ibunya, tidak ikut mengucapkan selamat ulang tahun untuk kakaknya. Remaja laki-laki itu hanya fokus bermain game di ponsel yang berada di genggamannya dengan wajah yang terlihat begitu serius.
"Jungkookie! Beri ucapan selamat ulang tahun untuk kakakmu, aish!" Ibunya menyenggol Jungkook sehingga anak itu mendongakkan kepalanya menatap layar laptop yang menampilkan sosok kakaknya.
"Wahh, Jungkook-ah! Kau tega sekali pada kakakmu ini. Dihari ulang tahunku, kau tampak tidak senang." ucap Seokjin dengan memasang ekspresi pura-pura sedih.
Jungkook menghela nafas, lantas ia mematikan ponselnya dan mengubah posisi duduknya.
"Selamat ulang tahun, hyung. Kau sudah bertambah tua. Jadi, bersikaplah sesuai dengan umurmu mulai sekarang." ucap Jungkook yang membuat Seokjin tertawa. Begitupun juga dengan Ibunya. Tawa mereka sangat mirip.
"Ya, Jungkook-ah. Apa kau sudah mulai tertarik pada wanita?" tanya Seokjin yang mulai usil. Entahlah, ia hanya senang menganggu Jungkook dengan pembahasan yang seperti ini.
Jungkook berdecak. "Apa yang kau katakan sih? Jangan mengatakan hal tidak penting, hyung."
"Seokjin-ah, kau ingin tahu? Tiga hari yang lalu ada seorang gadis yang mengaku teman sekelasnya Jungkook, datang kerumah untuk menjenguk Jungkook yang sakit." ucap Ibunya yang sama hebohnya dengan Seokjin ketika bercerita.
Seokjin terkejut. "Ah, jinjjayo? Wah! Apakah dia cantik, eomma?"
Ibunya mengangguk semangat. "Tentu saja. Dia juga baik dan hangat. Aku rasa gadis itu menyukai Jungkook. Hanya saja adikmu ini terlalu kaku dan cuek."
Jungkook mendengus. Jika Ibunya dan kakaknya sudah masuk ke dalam sebuah obrolan, mereka akan heboh dan berisik. Jungkook tidak suka hal yang berisik.
"Aish, kau payah." cibir Seokjin.
"Eomma, kenapa harus menceritakannya pada Seokjin hyung? Itukan tidak penting. Lagi pula, dia hanya teman sekelasku." jelas Jungkook yang berusaha untuk tidak membuat keduanya salah paham tentang gadis yang ibunya bicarakan.
"Yah, awalnya hanya teman sekelas. Tetapi lama-lama semakin dekat dan berakhir dengan berkencan."
"Aku tidak begitu, aku juga tidak dekat dengannya," bantah Jungkook yang mulai kesal. "Sudahlah, tidak perlu membicarakan hal yang tidak penting. Waktuku terbuang sia-sia jika pembahasannya seperti ini."
Seokjin terkekeh melihat wajah Jungkook yang kesal. Ia selalu suka melihat wajah menggemaskan adiknya yang terlihat kesal. Ah, Seokjin jadi merindukan adik kecilnya itu. Meski Jungkook sudah besar dan cukup dewasa, dirinya masih belum rela mengakui kenyataan itu. Jungkook masih tetap dan selalu menjadi adik kecilnya yang menggemaskan.
Mereka bertiga larut dalam obrolan hangat dengan sesekali tertawa karena sebuah cerita konyol dan lucu. Lebih tepatnya, yang banyak mengobrol itu hanya Seokjin dan Ibunya. Ibu dan anak itu memang senang sekali membicarakan banyak hal yang seru. Bahkan saat dirinya dan ibunya memasak, keduanya selalu larut dalam obrolan panjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Long Distance Relationship
Fanfiction[COMPLETED] Kim Seokjin harus melanjutkan pendidikannya ke Australia dan terpaksa harus meninggalkan kekasihnya, Kim Jisoo. Awalnya, Jisoo ragu untuk menjalani hubungan jarak jauh dengan Seokjin, ia tidak yakin jika dirinya mampu menjalani hubungan...