50 : 행복 (Bliss) - END

7.4K 463 118
                                    

a few years later

Seokjin berdiri di sebuah halte, menunggu bus yang satu arah dengan jalan pulangnya. Hari ini ia tidak membawa mobil karena Jisoo terus menasehatinya untuk tidak selalu menggunakan kendaraan pribadi ke kantor. Jisoo juga berkali-kali mengatakan padanya untuk memakai kendaraan umum dan berjalan kaki. Agar sehat katanya.

Yah, Seokjin menurut saja pada wanita itu. Lagi pula menggunakan kendaraan umum dan berjalan kaki ke kantor bukan sesuatu hal yang buruk. Wanitanya itu hanya tidak ingin dirinya terlalu bergantung pada kendaraan pribadi sehingga menyuruhnya untuk sesekali menggunakan fasilitas umum.

Pria itu menaiki bus bersama dengan beberapa orang memiliki arah yang sama dengannya. Ia duduk di kursi yang paling belakang, menyandarkan punggungnya, lalu mulai membuka ponsel untuk memeriksa beberapa notifikasi yang masuk.

Selama di dalam bus, matanya terfokus pada ponsel, berbalas pesan dengan beberapa orang. Entah kenapa hari ini ponselnya ramai sekali oleh orang-orang yang mengiriminya pesan sehingga Seokjin dibuat sibuk membalas satu persatu pesan yang masuk padanya.

Hingga satu pesan dari kontak yang sudah ia tandai sebagai favorit membuatnya tersenyum, bahkan terkekeh. Bukan karena perasaan senang yang berbunga-bunga, melainkan sebuah pesan berupa nasihat dari Jisoo yang seakan tahu kegiatannya di dalam bus selama beberapa menit sebelumnya.

Nyonya Kim
Jangan terlalu fokus pada ponsel saat sedang dalam bus

Seokjin mengetik balasan dengan sudut bibirnya yang masih melengkung. Kenapa Jisoo jadi serba tahu seperti ini?

Kim Seokjin
Baiklah, istriku tersayang
Kim Seokjin
Maksudnya, calon ㅋㅋㅋㅋ

Setelah membalas pesan, Seokjin menyimpan kembali ponselnya ke saku celana. Ia kini beralih pada pemandangan kota Seoul di sore menjelang malam. Langit jingga yang hampir berubah menjadi kelabu serta beberapa burung yang terbang di atas sana sukses mengingatkan dirinya pada tahun-tahun yang di jalani sebelumnya dengan Jisoo.

Mereka selalu memandang langit sore bersama, di temani bubble tea berukuran besar lalu menceritakan banyak hal. Pembahasan mereka seolah tak akan pernah habis. Keduanya selalu mempunyai pembahasan, dari yang serius hingga bercanda dan penuh tawa. Semua pembahasan mereka selalu menyenangkan untuk di ungkap maupun di dengar.

Sudah lama rasanya dirinya tidak memandang langit sore bersama Jisoo semenjak mereka di sibukan oleh serangkaian kegiatan maupun pekerjaan.

Dua puluh menit berlalu dan Seokjin berhenti di sebuah halte bus yang letaknya tak jauh dari rumahnya. Hanya berjalan lebih dari tiga ratus meter untuk benar-benar sampai ke kediamannya yang masih satu atap dengan keluarganya.

Saat berjalan, Seokjin memutuskan untuk menghubungi kekasihnya. Hitung-hitung menemaninya mengobrol selama berjalan kaki menuju rumahnya yang masih beberapa ratus meter lagi. Dan Seokjin memelankan langkahnya saat teleponnya tersambung dengan Jisoo.

"Ada apa?"

"Tidak ada apa-apa, hanya ingin memastikan kalau calon istriku masih ada di muka bumi ini." jawab Seokjin berlebihan.

Di seberang telepon, Jisoo terkekeh mendengus. Seokjin tidak pernah berubah, selalu bertingkah dan mengucapkan hal-hal yang menggelikan. "Berlebihan sekali. Aku geli mendengarnya."

Seokjin tertawa. "Biar saja, itu sudah menjadi ciri khasku."

"Oppa sudah sampai rumah belum?"

Long Distance RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang