19 : 아침 메시지 (Morning Message)

3.4K 387 18
                                    

Senyum Seokjin masih terukir jelas di wajah tampannya setelah mengakhiri panggilan teleponnya dengan Jisoo. Perasaannya selalu membaik ketika berbicara dengan kekasihnya walau melalui panggilan telepon.

Ah, rasanya Seokjin ingin segera menyelesaikan kuliahnya dan kembali ke Korea. Menemui Jisoo dan memeluknya dengan sangat erat. Membayangkannya saja membuat dirinya semakin tersenyum. Rasanya malam ini Seokjin tidak bisa untuk berhenti tersenyum.

Setelah menyimpan ponselnya ke dalam laci nakas, Seokjin hendak membaringkan tubuhnya ke ranjang. Namun ia mengurungkan niatnya ketika seseorang membuka pintu dan masuk ke dalam kamarnya. Hal itu membuat senyumannya memudar dan menghela nafas panjang seraya menatap Heejung yang berjalan menghampirinya dengan wajah memelasnya.

Seokjin sebenarnya sudah memaafkan Heejung sebelum wanita itu meminta maaf padanya. Hanya saja, Seokjin malas berbicara dengan Heejung.

"Ada apa?" tanya Seokjin dingin dan tak menatap Heejung sedikitpun.

"Aku ingin minta maaf soal waktu itu," ucapnya tanpa basa-basi. "Seokjin-ah, sungguh aku tidak bermaksud macam-macam. Aku hanya--"

"Sudah jangan di bahas lagi," potong Seokjin yang kini menatap Heejung yang duduk di sebelahnya. "Lupakan dan aku sudah memaafkanmu."

Heejung perlahan tersenyum. "Jeongmal? Kau sungguh-sungguh telah memaafkanku?" (Benarkah?)

Seokjin mengangguk. "Hm. Dan maafkan aku juga karena membentakmu, kau pasti terkejut. Saat itu aku sedang kalut dan suasana hatiku sedang buruk."

Heejung kini tersenyum lebar. "Aniyo, jangan merasa bersalah begitu. Aku sungguh tidak apa-apa."

Seokjin tersenyum tipis. "Sebaiknya jangan ulangi perbuatanmu yang seenaknya. Kita dekat bukan berarti aku memberikan seluruh privasiku padamu."

Heejung mengangguk. Detik berikutnya perempuan itu memeluk Seokjin, meletakan dagunya di bahu serta melingkarkan tangannya di leher Seokjin. Posisi ternyaman yang Heejung rasakan saat ini.

Seokjin sedikit tersentak, namun ia tidak terkejut karena Heejung yang memeluknya tiba-tiba. Sudah biasa bagi dirinya menghadapi Heejung yang sering memeluknya tanpa izin. Lagi pula Seokjin sudah memaklumi perlakuan Heejung yang seperti ini. Dan ia hanya menganggapnya sebuah pelukan pertemanan biasa yang sering di lakukan oleh kebanyakan orang di negara ini.

Perlahan tangannya terulur untuk membalas pelukan Heejung. Tanpa sepengetahuan dirinya, Heejung tersenyum karena ia mengaharapkan hal ini.

Heejung selalu merasa bahagia ketika Seokjin membalas pelukannya. Ia tahu Seokjin menganggap ini hanyalah sebuah pelukan pertemanan. Lagi pula Heejung tidak peduli soal itu, ia hanya ingin pelukannya di balas. Hanya itu dan itu cukup untuknya.

"Oh, kalian sudah baikan rupanya?" ucap Namjoon ketika baru saja keluar dari kamar mandi dengan keadaan rambut yang cukup basah.

Seokjin maupun Heejung melonggarkan pelukannya dan menatap Namjoon.

"Aku senang akhirnnya kalian berdua kembali akur. Tetap seperti ini, aku tidak mau melihat kedua temanku bertengkar." ucapnya seraya tersenyum.

Heejung tersenyum, lantas berjalan menghampiri Namjoon dan memeluknya. "Aku juga berterima kasih padamu. Namjoon-ah, kau yang terbaik."

"Iya-iya, aku tau."

"Omong-omong kau harum sekali. Aku betah lama-lama memelukmu." kekeh Heejung seraya terus menghirup aroma tubuh Namjoon yang terbalut kaus lengan pendek berwarna hitam.

Namjoon menghela nafas seraya menjauhkan tubuh Heejung pelan. "Kau ini sangat suka sekali ya memeluk pria yang sudah memiliki kekasih?"

"Ya, kau berbicara seperti itu seakan aku adalah wanita penggoda," balas Heejung seraya berdecak. "Aku kan hanya memeluk, bukan merebut. Memangnya apa salahnya?"

Long Distance RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang