Helaan nafas keluar melalui mulutnya seraya menutup layar laptop. Seharian ini Jisoo hanya duduk di depan laptop untuk menyelesaikan naskah novel yang akan di kirim ke penerbit. Sebenarnya naskahnya belum selesai dan masih banyak yang harus kembali di revisi, tetapi karena kepalanya sudah terasa pusing dan matanya sudah perih, Jisoo menyudahi kegiatan mengetiknya.
Selain menjadi seorang mahasiswa, Jisoo juga seorang penulis novel. Hal itu membuat Jisoo harus membagi waktunya untuk kuliah dan menulis. Meski baru tahun ini ia menerbitkan buku, tapi karyanya sudah banyak yang mengapresiasi. Bukunya juga sudah masuk best seller. Dan sekarang, Jisoo sedang proses untuk menerbitkan buku keduanya.
Seraya menatap langit dari balik kaca jendela kamarnya, Jisoo sesekali menyesap coklat panasnya. Pikirannya langsung tertuju pada Seokjin. Seharian ini, kekasihnya itu juga belum mengabarinya. Hanya mengirimkan pesan singkat pagi tadi.
Beberapa saat kemudian, ponsel Jisoo berdering. Dengan semangat dan senyum yang mengembang, Jisoo berlari kecil mendekati nakas dan meraih ponselnya. Namun seketika senyumannya memudar ketika membaca sebuah nama yang tertera di layar. Jisoo pikir itu panggilan dari Seokjin, tapi nyatanya bukan.
Menghela nafas pelan, Jisoo menekan ikon hijau dan menempelkan ponselnya ke telinga. "Yeoboseyo?"
"Jisoo-ya, kau dimana?" tanya seseorang di seberang telepon.
"Aku dirumah. Ada apa?"
"Ada film bagus di bioskop. Mau menonton bersamaku?" tanya Jaehwan.
Jisoo berpikir sejenak untuk menjawab ajakan temannya.
"Ayolah jangan terlalu lama berpikir. Ikut saja denganku, kau itu harus refresing sebentar." rayu Jaehwan.
Jisoo mendengus. "Yasudah, aku ikut."
"Baiklah, sepuluh menit lagi aku sampai di rumahmu."
Setelah Jisoo memutuskan sambungan telepon dan kembali menyimpan ponselnya ke nakas, ia bergegas untuk bersiap-siap. Sebelum itu, ia masuk terlebih dulu ke dalam kamar mandi yang ada di kamarnya untuk mencuci wajahnya.
Dan pada saat itu juga, tanpa Jisoo ketahui, ponselnya kembali menyala dan berdering.
Sebuah panggilan masuk dari Kim Seokjin.
🍬🍬🍬
Saat di dalam bioskop, Jisoo sempat tidak fokus menonton adegan film karena melihat banyak orang yang berpasangan untuk menonton bioskop. Ia tentu merasa iri, Jisoo juga ingin duduk bersebelahan dengan kekasihnya seraya menonton film di akhir pekan seperti sekarang. Seperti mereka yang tampak menikmati waktunya bersama pasangan masing-masing.
Jisoo juga ingin seperti itu.
Ia rindu masa-masa saat Seokjin masih di Korea.
Apalagi sampai sekarang Seokjin belum menghubunginya lagi. Membuat Jisoo merasa lesu dan lemas. Seokjin itu energinya, semangatnya dan mataharinya.
Beberapa jam setelah film selesai, Jisoo dan Jaehwan beserta orang-orang lain yang juga menontonpun keluar dari area bioskop. Tak sedikit orang yang berkomentar soal film yang baru saja di tonton.
Namun tidak untuk Jisoo, ia sama sekali tak berkomentar apapun sejak ia keluar dari bioskop. Biasanya dirinya yang paling semangat berkomentar soal alur film. Tapi hal itu akan Jisoo lakukan jika bersama Seokjin.
Jisoo akan marah-marah jika akhir filmnya menggantung atau tidak jelas dan mengatakan kalau ia menyesal telah menontonnya. Lalu Jisoo akan merasa ikut senang jika filmnya berakhir bahagia. Begitupun juga sebaliknya, jika akhir filmnya menyedihkan Jisoo akan menangis seraya memeluk lengan Seokjin yang menertawakannya karena terlalu terbawa suasana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Long Distance Relationship
Fiksi Penggemar[COMPLETED] Kim Seokjin harus melanjutkan pendidikannya ke Australia dan terpaksa harus meninggalkan kekasihnya, Kim Jisoo. Awalnya, Jisoo ragu untuk menjalani hubungan jarak jauh dengan Seokjin, ia tidak yakin jika dirinya mampu menjalani hubungan...