Setelah memakan cukup banyak waktu untuk membetulkan mobil Seokjin ke sebuah bengkel mobil terdekat, akhirnya pria itu bisa membawa Jisoo pulang tepat tengah hari. Mereka berdua kini sedang dalam perjalanan pulang. Mungkin sekitar dua puluh menit lagi mereka sampai pada tujuan.
Seokjin melirik ke arah Jisoo yang kini sibuk memainkan ponselnya, sedang berbalas pesan dengan seseorang. Hal itu membuat Seokjin mengerucutkan bibirnya seperti anak kecil yang merajuk karena Jisoo lebih senang berbalas pesan dibanding mengobrol dengan dirinya.
"Sepertinya seru sekali," komentar Seokjin yang membuat Jisoo menoleh ke arahnya. "Kau dengan berbalas pesan dengan siapa? Jimin?"
Jisoo terkekeh. "Bukan."
"Lalu dengan siapa? Aku kan sudah bilang, jangan memainkan ponsel jika sedang bersamaku." katanya.
Jisoo terkekeh lagi. "Baiklah, maaf. Aku sedang berbalas pesan dengan Irene eonnie, dia sedang menceritakan sesuatu."
Seokjin hanya mengangguk-anggukan kepalanya seraya membentuk mulutnya seperti huruf O. Wanita memang tidak lepas dari bercerita bahkan saat sedang berjauhan, pikir Seokjin.
Beberapa saat kemudian Jisoo menyimpan ponselnya ke dalam tas kecil yang ia bawa, lalu menyandarkan kepalanya ke sandaran jok mobil.
"Aku tidak percaya, pada akhirnya Irene eonnie menerima perjodohannya. Padahal sebelum itu, dia sangat tidak menginginkannya dan bersikeras membatalkan perjodohan yang dibuat oleh orang tuanya." ucap Jisoo seraya terkekeh.
"Dia sempat bilang padaku kalau dirinya tidak mau membuat banyak drama lagi dan memutuskan untuk menjalani semuanya." jelas Seokjin.
"Aku rasa Irene eonnie mengikuti saranku."
Seokjin menoleh sekilas. "Saran apa?"
"Untuk menjalani dan mencoba menerima pria yang akan di jodohkan dengannya," jawab Jisoo. "Aku pikir, itu yang terbaik dari pada membuang waktu untuk berusaha membatalkannya. Lagi pula, jika orang tua sudah memutuskan sesuatu mereka tidak akan semudah itu mengubah keputusannya."
"Mungkin dengan cara seperti ini Irene eonnie mendapatkan kebahagiaan dengan orang yang tepat." tambah Jisoo.
Seokjin terkekeh. "Yah, aku juga ikut senang akhirnya ada pria yang mau dengan wanita kasar seperti Irene. Hahaha!"
"Kasar begitu dia sempat pernah menjadi pacarmu walau hanya satu bulan." balas Jisoo.
"Aku tidak merasa kalau kami pernah pacaran. Pertama kali bertemu dengannya saja, kesannya sudah tidak manis," ujarnya. "Tapi, Jisoo-ya. Aku ingin bertanya padamu."
"Apa?"
"Jika misalnya orang tuamu mendadak menjodohkanmu dengan pria pilihan mereka, apakah kau akan pasrah dan mencoba menjalani serta menerima pria pilihan orang tuamu?" tanya Seokjin.
Jisoo terdiam sejenak dengan pandangan ke atas seakan menerawang sesuatu. "Sepertinya iya. Apa salahnya mencoba dan menerima? Mungkin memang itu jalan yang terbaik."
"Bagaimana kalau seandainya, kau sedang menjalin hubungan denganku, lalu kau tiba-tiba di pasangkan dengan pria pilihan orang tuamu?"
"Astaga, itu tidak akan terjadi. Lagi pula kedua orang tua kita sudah sama-sama menyetujui hubungan yang kita jalani." jawab Jisoo.
"Aku kan bilang seandainya," balas Seokjin. "Bagaimana? Apakah kau akan tetap pasrah? Menerima pilihan orang tuamu dan mengorbankan aku?"
Jisoo menghela nafas. "Jika aku memang sudah mempunyai pilihan sendiri, tentu saja aku akan mempertahankan pilihanku. Berbeda jika aku tidak punya seseorang untuk di pertahankan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Long Distance Relationship
Fanfiction[COMPLETED] Kim Seokjin harus melanjutkan pendidikannya ke Australia dan terpaksa harus meninggalkan kekasihnya, Kim Jisoo. Awalnya, Jisoo ragu untuk menjalani hubungan jarak jauh dengan Seokjin, ia tidak yakin jika dirinya mampu menjalani hubungan...