Seorang wanita dengan rambut berwarna coklat sepunggung yang di gerai itu berkali-kali melirik arloji berwarna putih yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Ia melirik ke arah jendela kafe dan memandang seluruh penjuru kafe.
Wanita itu berdecak kesal karena seseorang yang sebenarnya tidak ia kenali ini belum menunjukan batang hidungnya. Padahal dirinya sudah mengirim alamat, nama kafe serta letak tempat duduknya saat ini agar orang itu tidak kesulitan mencarinya.
Ia hendak kembali mengetik sebuah pesan. Namun pergerakannya berhenti ketika seseorang menarik kursi dan duduk di hadapannya. Dirinya sempat terdiam, memperhatikan pria yang kini di hadapannya. Jujur saja, ia sedikit terpesona oleh visual dan penampilan sederhana namun menarik dari pria di hadapannya.
Namun tetap saja. Laki-laki ini datang terlambat. Dirinya sudah menunggu selama hampir setengah jam. Ia tidak suka keterlambatan.
"Irene. Benar?" tanyanya memastikan.
"Iya, benar. Aku Irene." ucapnya seraya menunjukan senyuman termanisnya, yang membuat siapa saja yang melihatnya akan terpesona seketika.
Namun berbeda untuk seorang pria yang melihat senyuman tersebut. Ia akui Irene memang cantik, sangat. Terlebih ketika tersenyum seperti saat ini. Tetapi ia tidak benar-benar jatuh pada pesona Irene dan langsung jatuh cinta. Tidak semudah itu bagi dirinya untuk jatuh cinta pada wanita.
Hanya kagum karena cantik. Tidak lebih.
"Maaf atas keterlambatanku. Aku mendadak ada sesuatu yang tak bisa ditinggalkan." jelas pria itu.
"Kenapa kau tidak mengabariku? Aku sudah menunggumu hampir tiga puluh menit disini." ucap Irene dengan raut wajah kesal.
"Aish, jangan marah begitu. Kau kan calon pacarku." ucapnya dengan mudah, tanpa ada keraguan sama sekali.
Irene tersenyum kecut. "Kau berusaha menggodaku? Kim Seokjin-ssi, maaf. Aku adalah wanita yang tidak mudah tergoda."
"Oh ya? Aku tidak yakin?" ucap Seokjin yang tersenyum penuh arti seraya menatap Irene.
Irene melipat tangannya di atas perut, sedikit menaikkan dagunya seraya menatap lawan bicaranya dengan angkuh. "Hm, ya. Aku lebih suka pria yang tidak banyak berbasa-basi."
Seokjin menaikkan sebelah alisnya, lalu terkekeh ringan. "Kalau begitu, hari ini juga kita kencan. Bagaimana?"
Irene tersenyum tipis. "Baiklah. Aku juga ingin mencoba menjalaninya denganmu. Tapi Seokjin-ssi, aku tidak suka pria yang selalu terlambat."
"Kalau begitu, aku akan mencoba untuk tidak terlambat satu detikpun. Khusus hanya untuk bertemu denganmu saja." ucap Seokjin seraya menaik turunkan kedua alis tebalnya.
Irene terkekeh mendengus. "Ya, kau mencoba menggodaku lagi?"
Seokjin mengedikkan bahunya. "Aku tidak peduli. Kau sudah resmi menjadi kekasihku sekarang."
Irene tak bisa untuk menahan senyumannya. Pria di hadapannya ini sungguh menggelikan, namun cukup menarik.
"Jika boleh jujur, kau sangat cantik. Aku sempat terpesona padamu. Namun aku tidak bisa langsung jatuh cinta padamu. Tidak semudah itu bagiku untuk mencintai seseorang." jelas Seokjin.
"Jangan khawatir. Aku juga sama sepertimu. Kau tampan, tapi aku tidak merasakan debaran ketika melihatmu. Aku juga tidak mudah jatuh cinta." balas Irene.
"Jadi, kau mau menjalaninya bersamaku?" Tanya Seokjin.
Irene tersenyum. "Tentu. Sebagian orang mengatakan bahwa cinta datang karena terbiasa. Jadi, mungkin kita akan merasakan itu jika terus bersama. Setidaknya merasakan sensasi debaran yang berbeda ketika bersama."
KAMU SEDANG MEMBACA
Long Distance Relationship
Fanfiction[COMPLETED] Kim Seokjin harus melanjutkan pendidikannya ke Australia dan terpaksa harus meninggalkan kekasihnya, Kim Jisoo. Awalnya, Jisoo ragu untuk menjalani hubungan jarak jauh dengan Seokjin, ia tidak yakin jika dirinya mampu menjalani hubungan...