42 : 기회 (The Chance)

3.9K 426 179
                                    

Jisoo merutuki dirinya sendiri ketika terbangun dari tidurnya. Seolah kembali mendapatkan kesadaran penuh, Jisoo menyesali ucapannya semalam yang mengiakan ajakan Seokjin. Kenapa bisa mulutnya semudah itu mengiakan ajakan yang seharusnya Jisoo tolak dan hindari?

Gadis itu berharap, semuanya hanya mimpi. Namun, ketika dirinya hendak beranjak dan pergi ke kamar mandi, ponselnya bergetar. Sebuah pesan masuk yang membuat Jisoo kembali membanting dirinya ke atas ranjang seraya meniup poninya yang kini hampir menutupi matanya.

Seokjin Sunbae
Bersiaplah, aku akan kerumahmu pukul 9 pagi

Ini bukan mimpi! Semalam dirinya memang menyetujui ajakan Seokjin. Dan Jisoo sedikit menyesali hal itu mengingat bagaimana dirinya akan kaku saat dalam perjalanan bersama mantan kekasihnya.

Membuang nafas, Jisoo bangkit dari kasur, berjalan menuju kamar mandi dan bersiap sebelum Seokjin tiba.

Tiga puluh menit kemudian, Jisoo telah bersiap. Membawa perlengkapan yang menurutnya penting untuk di bawa ke dalam tas punggung kecil berwarna ungu. Tidak banyak yang ia bawa, hanya beberapa perlengkapan riasan wajah, ponsel dengan chargernya dan tentu saja dompet yang paling penting menurutnya.

Setelah semuanya ia masukan ke dalam tas punggung kecilnya, Jisoo pergi meninggalkan kamar seraya menyampirkan tasnya ke punggung. Berjalan menuruni tangga dengan tenang hingga gadis itu sampai di depan pintu utama.

Alih-alih membuka pintu, Jisoo malah berdiri dengan keraguan yang mendadak menyerang sehingga membuatnya menggigit bibir bagian bawahnya. Pada akhirnya, Jisoo beralih pada jendela di samping pintu utama. Ia membuka sedikit gordennya, memastikan bahwa Seokjin sudah menunggu di depan rumahnya.

Dan ternyata memang benar. Pria bersurai hitam itu sudah menunggunya di luar, berdiri seraya bersandar pada sebuah mobil berwarna hitam yang membawanya kemari. Melihatnya di balik jendela seperti ini sudah mampu membuat Jisoo berdebar. Seokjin tampak berbeda, pria itu lebih segar dan pastinya selalu tampan.

Ah, Jisoo semakin gugup saja. Seokjin sejuta kali lebih tampan dari sebelumnya. Yang membuat Jisoo terpana pada Seokjin sekarang adalah gaya rambut pria itu yang sedikit berbeda. Gaya rambut barunya membuat kening pria itu terlihat. Walau tidak seluruhnya, hal itu tetap saja membuat Jisoo tak bisa berhenti menatap Seokjin dari balik jendela dan diam-diam mengaguminya.

Gadis itu menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Jisoo tidak boleh seperti ini. Dirinya tidak boleh sampai terbuai oleh ketampanan seorang mantan kekasih. Soyeon pernah bilang bahwa tergoda oleh mantan kekasih itu tidak baik dan tidak sehat.

"Wow."

Jisoo tersentak ketika suara seseorang mengejutkannya di bekalang. Ia menoleh dan mendapati Jihyun yang melihat Seokjin dengan tatapan seolah menilai. Lalu wanita itu beralih menatap Jisoo yang kini terlihat seperti tertangkap basah.

"Anti mantan pacar sepertinya sudah tidak berlaku lagi. Apalagi untuknya." ucap Jihyun seraya menaikan sebelah alisnya dan menunjukan senyum usil.

Jisoo menelan ludahnya. "I-ini tidak seperti yang kau pikiran, eonnie. Kami hanya--"

"Kalian hanya berkencan dan sedang dalam proses pendekatan kembali?" potong Jihyun seraya melipat tangannya di atas perut, menatap Jisoo dengan menaik turunkan kedua alisnya.

Mata Jisoo melebar. "Aniyo! Tolong jangan berprasangka buruk dulu, Eonnie."

"Menurutmu berkencan dengannya adalah hal buruk?"

"Tentu saja tidak." baiklah, setelah mengatakan ini Jisoo merutuki dirinya sendiri. Seharusnya ia sadar kalau kakaknya sedang menggodanya.

Ah, sial.

Long Distance RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang