41 : 치료자 (Healer)

3.7K 424 117
                                    

"Kau telah menunggu lama?" tanya Jisoo seraya duduk di sebuah kursi yang berhadapan dengan Jimin yang sudah sampai lebih awal.

Jimin tersenyum. "Tidak, aku juga baru datang sepuluh menit yang lalu."

"Syukurlah, aku pikir aku terlambat. Dan, dimana Chaera? Dia belum datang?" tanya Jisoo yang mencari keberadaan Chaera di sekitar kafe.

"Dia akan datang sedikit terlambat. Katanya, dia harus mendatangi sebuah tempat. Tapi, kau jangan khawatir Chaera pasti datang. Dia tidak pernah membatalkan janji." jelas Jimin yang sudah hafal betul bagaimana sahabat sejak kecilnya itu.

Jisoo mengangguk paham. Akhir-akhir ini, mereka memang sering kali bertemu. Makan bersama, pergi menonton film dan mengunjungi beberapa tempat wisata yang sering di datangi oleh banyak orang.

Rasanya seperti saat masa sekolah dulu. Saat Jisoo dan Jimin masih menjalani hubungan dan selalu ada Chaera yang ikut dalam perjalanan mereka. Sebenarnya, Chaera sendiri terkadang menolak karena tidak mau menganggu acara Jisoo dan Jimin, tetapi Jimin selalu memaksa Chaera untuk selalu ikut. Hal itu membuat Jisoo terkadang merasa tidak nyaman. Bukan karena kehadiran Chaera, tetapi perhatian Jimin yang terbagi untuk Chaera dan bahkan lebih besar.

Tapi tentu kali ini berbeda. Jisoo selalu merasa senang jika Chaera hadir, karena hal itu membuatnya semakin dekat dengan Chaera. Jisoo selalu senang bercerita banyak hal pada Chaera, begitupun juga sebaliknya. Entahlah, Chaera seakan selalu bisa membuat suasana menjadi hangat, selalu bisa membuatnya merasa nyaman.

Jisoo berpikir, pantas saja Jimin selalu tidak ingin jauh dari Chaera. Gadis itu selalu membawa suasana nyaman pada siapapun.

"Kau memutuskan untuk kembali menulis?" tanya Jimin setelah beberapa saat mereka sibuk dalam pikiran masing-masing.

"Kenapa kau tahu?"

"Memangnya apa lagi yang membuatku tahu? Tentu saja Chamin hyung yang mengatakannya," jawab Jimin yang terkekeh. "Dia mengira aku yang membujukmu untuk kembali menulis."

Jisoo terkekeh. "Yah, aku memutuskan untuk kembali menulis. Aku ingin mempunyai kegiatan sampai liburan selesai."

"Kau sudah memulainya?" tanya Jimin.

"Belum. Aku masih tahap menyusun jalan ceritanya." jawab Jisoo.

Setelah itu, tidak ada lagi yang berbicara selama beberapa saat sebelum akhirnya Jimin yang kembali membuka suara.

"Jisoo-ya."

"Hm?"

"Aku mengerti sekarang kenapa kau sulit untuk melupakan mantan kekasihmu." ucap Jimin.

Jisoo mengernyit, lalu terkekeh. "Maksudmu kau sendiri?"

"Bukan aku. Tapi, Kim Seokjin."

Seketika Jisoo terdiam. Ia masih merasakan debaran yang sama ketika mendengar nama itu.

"Aku tidak pernah memuji pada sesama pria. Tapi, setelah aku melihat Kim Seokjin secara langsung, aku berpikir bahwa ternyata ada seorang pria setampan itu di dunia ini." ucap Jimin.

Jisoo sampai terkejut mendengar pernyataan Jimin tentang Seokjin. Dan, sebenarnya bukan hanya Jimin yang mengatakan hal itu padanya.

Jimin terkekeh. "Betapa beruntungnya dirimu, Jisoo-ya. Aku yakin banyak wanita diluar sana yang ingin di posisimu saat kau masih berpacaran dengannya."

"Sudahlah, kita tidak perlu membahas hal itu. Lagi pula itu sudah berlalu, aku sudah melupakannya." ucap Jisoo.

Jimin menaikkan sebelah alisnya. "Kau yakin sudah melupakannya? Aku ragu dengan hal itu."

Long Distance RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang