Tahun ajaran baru sudah berlangsung sebulan lamanya. Amira dan kawan-kawan kini sudah berada di kelas XII IPA 5. Amira sudah mulai kembali ceria seperti dulu, meski tanpa Afin. Mengingat Afin tak lagi sesakit dulu.
Siang itu mereka makan siang di kantin sekolah. Dan mereka sibuk dengan makanannya masing-masing.
"Mir, Lo mau kuliah dimana?" Tanya Ica memecah keheningan.
"Emmm. Belum tau. Lo sendiri? Kalian?" Amira menatap Ica, Dani dan Seva bergantian.
"Udah jelas beasiswa gue di Darma Bangsa". Jawab Seva lalu menyeruput kuah baksonya dengan sendok.
"Gue kayanya mau cuti setahun dulu. Baru deh tahun berikutnya ikut tes STIKES. Masa iya gue harus kuliah di jurusan bahasa Arab yang gue nggak ngerti sama sekali?" Dani berpanjang lebar.
Dani sebelumnya ikut tes seleksi mandiri di sebuah perguruan tinggi, tapi dia hanya bisa masuk di jurusan bahasa Arab, dan itu sama sekali bukan passion Dani.
"Kalo gue, mau coba jadi angkatan aja kali, ya? Siapa tau dapet jodoh mamas doreng" Ica mengerlingkan matanya.
"Alaaah, mimpi Lo ketinggian!" Seva menoyor kepala Ica.
"Yeee! Boleh dong ngimpi, kali aja jadi kenyataan!" Ica menjulurkan lidahnya ke arah Seva.
"Kayanya gue kerja aja, deh!" Amira buka suara
"What?!!!" Ica, Seva, dan Dani kaget.
"Lo yakin?" Seva menatap tak percaya "papa Lo masih sanggup biayain kuliah lo, kan?"
"Oh, masih, tapi... Gue pengen punya penghasilan sendiri" kata Amira.
"Mir, kuliah dulu, terus kerja! Kan juga nantinya kita bakal berpenghasilan, lebih gede malah daripada lulusan SMA begini" Ica mencoba mengubah isi pikiran Amira.
"Kelamaan! Punya uang sendiri itu kayanya awesome banget, kan?" Amira bersikeras.
"Kuliah sambil kerja kan bisa, Mir". Kali ini opsi dari Dani menjadi pertimbangan Amira.
"Good idea!" Amira sumringah.
"Habisin makanannya, bentar lagi bel!" Seva bersungut-sungut.
Entah mengapa dia sangat tidak setuju dengan keinginan sahabatnya yang ingin bekerja. Apalagi ide Dani yang menyarankan kuliah sambil kerja, Seva teramat yakin itu akan membebani Amira dikemudian hari.
***
Amira memindah-mindah channel tv. Sesekali decakkan kesal keluar dari mulutnya. Ema datang dengan mengendap-endap.
"Kak, anterin renang!" Ema berteriak di belakang Amira, membuat Amira terlonjak kaget.
"Nggak usah teriak juga, kali!" Amira sewot.
"Ayok! Udah telat ni!" Ema menarik tangan Amira.
"Emang mama kemana,sih? Biasanya mama kan yang anter" Amira bangkit dari duduknya.
"Arisan. Tadi mama bilang kakak yang anter" Ema melihat jam di tangannya "Ayo kak! Kasihan temen-temen Ema kalo Ema telat".
"Kenapa nggak bilang dari tadi! Tunggu, kakak ambil tas sama jaket dulu!" Amira berlari kecil ke kamarnya. Tak berapa lama Amira kembali dengan jaket dan tasnya. "Yuk!"
Amira juga Ema segera naik motor lalu melaju menuju tempat les renang Ema.
Di tempat les renang, Amira kali ini tidak ikut berenang. Dia menunggu di tempat duduk pinggir kolam renang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amira [ COMPLETED ]
RomanceJodoh itu di tangan Tuhan... Of course... Cinta tak harus memiliki... Munafik.. Cinta akan tumbuh karena terbiasa... Oh ya? Amira memiliki kisah cinta yang indah, punya pacar yang tampan, baik, dan pengertian. Sampai suatu hari Amira bertemu dengan...