Titan mondar-mandir tidak tenang di kamarnya. Pasalnya sejak tadi sore Amira tidak bisa di hubungi sama sekali. Biasanya Amira akan mengangkat teleponnya sesibuk apapun dia. Apalagi Amira sudah mulai cuti kerja dan kuliah, pasti banyak waktu luang untuk sekedar mengangkat telepon atau membalas pesan dari Titan.
Tok tok tok
Pintu kamarnya di ketuk seseorang dari luar. Titan segera membukakan pintu kamarnya. Mamanya masuk untuk mengantarkan segelas susu untuknya.
"Kok kelihatan cemas gitu, Tan? Ada apa?" Tanya mama Titan yang melihat raut wajah anak sulungnya itu memancarkan kekhawatiran berlebih, sembari meletakkan segelas susu yang di bawanya ke atas nakas.
"Dari tadi sore Amira nggak jawab telepon Titan, Ma. Pesan Titan juga nggak dibales. Biasanya nggak kaya gini" jawab Titan yang tidak bisa menyembunyikan kecemasannya.
"Mungkin Amira lagi sibuk terima tamu, atau mungkin lagi banyak kerabatnya datang ke rumah. Positif thinking aja kali, Tan!" Mama Titan terkekeh melihat kadar kecemasan anaknya terhadap calon menantunya yang bisa dikatakan berlebihan.
"Biasanya sesibuk apapun Amira selalu kasih kabar, Ma!" Titan menghempaskan tubuhnya di kasur dan mengusap wajahnya kasar.
"Orang kalo mau nikah, banyak yang perlu di siapin. Bisa jadi Amira sekarang lagi mempercantik diri. Nyalon misalnya? Nggak usah berlebihan gitu deh cemasnya!"
Mama Titan duduk di pinggir tempat tidur Titan.Titan menghembuskan nafas kasar "Mungkin juga ya ma? Tapi ini udah jam 8 malem, loh! Mana ada nyalon sampe larut begini?"
"Udah deh! Positif thinking aja sama Amira. Nggak mungkin dia mau neko-neko. Nikah tinggal ngitung hari begini kok masih semepet-mepetnya kamu mikir macem-macem sama Amira" mama Titan berdecak sebal dengan ke-lebay-an anaknya itu.
"Iya, ya! Bentar lagi Titan nikah" Titan tersenyum simpul "Makasih ya, ma!"
"Buat apa?"
Titan bangkit dari tidurnya kemudian duduk di samping mamanya. Di raihnya tangan wanita baya yang telah melahirkannya itu.
"Makasih udah ngrawat Titan sampai hari ini. Selanjutnya, Titan janji nggak akan ngrepotin mama lagi setelah Titan menikah" ucapnya lembut.
Mata Mama Titan berkaca-kaca mendengar ucapan tulus anak sulungnya itu. Di rengkuhnya tubuh Titan ke dalam pelukan terhangatnya.
"Sampai kapanpun, mama nggak akan pernah merasa di repotkan sama kamu. Meskipun besok kamu udah nikah, mama malah pengen terus kamu repotin. Apalagi di repotin sama cucu-cucu mama kelak, mama malah seneng banget!" mama Titan terkekeh sembari menyisir rambut Titan dengan Jari-jari tangannya.
"Makasih, Ma!" Titan mengeratkan pelukannya pada mamanya.
***
Titan duduk di ruang kerjanya masih dengan kecemasannya. Sampai siang ini Amira tidak menghubunginya sama sekali. Berkali-kali Titan mengirimi Amira pesan dan berkali-kali pula menelepon nomer hp Amira, tidak pernah ada respon dari Amira. Menelepon nomer rumah Amira pun tidak ada jawaban dari satupun keluarga Amira.
Titan mencoba menghubungi Tari, sahabat Amira di kampus. Satu-satunya teman Amira yang Titan ketahui nomernya.
"Hallo, Tar. Amira hari ini ke kampus nggak?" Tanya Titan.
"Loh, bukannya Amira ambil cuti sampe habis nikah ya, Tan? Nggak mungkin dia ada di kampus lah!" Jawab Tari dari seberang telepon.
"Tapi dia nggak ada hubungi Lo gitu?" Tanya Titan lagi.
"Enggak ada! Terakhir kemaren pagi dia telepon gue, minta tolong buat ngumpulin tugas dia yang belum di kumpulin" jawab Tari lagi.
"Oh, oke! Makasih ya, Tar!"
Titan segera mengakhiri panggilannya. Perasaan Titan semakin tidak enak. Pasti ada yang tidak beres terjadi pada Amira sampai dia tidak bisa di hubungi.
Titan kembali melakukan panggilan, kali ini ke nomor outlet Amira. Setelah beberapa saat, seorang wanita menyahut panggilannya dari seberang.
"Selamat siang, outlet cabang 3, ada yang bisa kami bantu?" Sapa wanita itu.
"Amira?" Titan mengulum senyum.
"Maaf, ini siapa?" Tanya wanita di seberang telepon lagi.
"Titan!" Sahut Titan singkat, senyumnya sedikit memudar. Amira selalu mengenali suaranya meskipun Titan menelepon lewat telepon outletnya, tapi wanita ini tidak mengenalinya sama sekali.
"Oh, pak Titan. Ini saya Rani. Bukannya Amira udah ambil cuti dari kemarin ya, Pak?" Ternyata wanita itu adalah Rani, teman satu outlet Amira.
"Dia nggak ada datang ke outlet?" Tanya Titan datar.
"Enggak, pak. Amira biasanya kalo libur nggak pernah main-main ke outlet. Pasti udah sibuk sama kuliahnya, atau pasti ada acara lain" jelas Rani.
"Yaudah, makasih ya, Ran" Titan menutup teleponnya.
Titan mengacak rambutnya frustasi. Kekhawatirannya semakin menjadi. Amira tidak ada kabar sama sekali. Titan memutuskan sepulang kerja akan bertandang ke rumah Amira biarpun dirinya tidak di ijinkan bertemu dengan Amira. Paling tidak, dirinya memastikan bahwa calon istrinya dalam keadaan baik-baik saja.
***
Titan segera memberesi semua berkas pekerjaaannya. Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore, waktu kerjanya telah usai. Titan bergegas menuju mobilnya, ingin segera dia melaju menuju rumah Amira untuk memastikan keadaan wanita yang dicintainya itu.
Baru akan membuka pintu mobil, ponselnya berdering nyaring. Sebuah panggilan masuk dari nomor yang tidak di kenalnya. Sejenak Titan bertanya dalam hati, nomor siapa yang terpampang di hpnya.
Titan sebenarnya enggan merespon panggilan itu karena akan menyita waktunya untuk segera bertemu Amira. Tapi ada perasaan tidak enak menyelimutinya dan mendorong hasratnya untuk menekan tombol hijau di hp nya.
Belum sempat berbicara, panggilan di akhiri sepihak oleh si empunya nomor yang tidak jelas milik siapa itu.
"Siapa sih? Aneh banget!" Gumam Titan kesal.Ketika Titan akan membuka pintu mobil, kembali panggilan dari nomor yang sama masuk ke ponsel Titan. Dengan berdecak sebal, Titan menekan tombol merah.
Tak berapa lama nomor itu kembali menghubungi Titan. Titan menghela nafas kasar, kemudian mengangkat telepon dari nomor yang tidak jelas itu.
"Hallo?!" Suara Titan sedikit meninggi, seperti membentak.
"Titan?" Tanya seorang laki-laki di seberang telepon.
Titan mengerutkan keningnya. Dia sama sekali tidak mengenal suara laki-laki di seberang telepon itu, tapi orang itu mengenalnya.
"Iya, ini siapa?" Tanya Titan.
"Nggak penting siapa gue! Amira..."
"Amira? Amira kenapa?" Potong Titan sedikit tersentak ketika nama wanita yang dicintainya di sebut.
"Amira kecelakaan..."
Titan tertegun, tatapannya kosong. Titan tak bisa fokus lagi dengan ucapan pria di seberang telepon. Ponsel Titan tanpa sadar bebas meluncur dari tangan Titan yang mengaku, dengan keras terhempas ke lantai.
***
Aaaiiih...
Ternyata yang di cariin Titan dalam keadaan nggak baik-baik aja...
Gimana ya keadaan Amira?
Apa masih bisa pernikahan Amira dan Titan berlangsung?
Tunggu part selanjutnya ya....Vote vote vote vote....
KAMU SEDANG MEMBACA
Amira [ COMPLETED ]
RomanceJodoh itu di tangan Tuhan... Of course... Cinta tak harus memiliki... Munafik.. Cinta akan tumbuh karena terbiasa... Oh ya? Amira memiliki kisah cinta yang indah, punya pacar yang tampan, baik, dan pengertian. Sampai suatu hari Amira bertemu dengan...