Sudah satu Minggu Amira bekerja di tempat yang baru. Tidak ada tatapan tajam lagi, tidak ada cacian lagi. Kini semua kembali normal seperti waktu pertama Amira masuk kerja dulu. Bahkan sikap karyawan di outlet baru Amira lebih menyenangkan. Semua baru, tak terkecuali managernya.
Usai Amira pindah outlet, dirinya tidak pernah bertemu Titan lagi. Terbersit rasa rindu dengan kejahilan Titan juga senyumannya. Tapi Amira tahu diri, Titan hanya menganggap Amira karyawan seperti halnya Sani dan Demian.
"Mir, Lo di panggil pak Rizal! Disuruh ke ruangannya sekarang!" Seorang karyawan outlet yang belakangan Amira ketahui bernama Rani itu, menepuk bahu Amira.
Amira tersentak dan menoleh ke arah Rani.
"Ada apa, Ran?" Amira mengernyitkan keningnya.
"Nggak tau, Mir. Cepetan gih masuk! Keburu ngambek!" Rani terkekeh.
Amira segera beranjak menuju ruangan manager barunya. Seperti halnya Titan, Rizal juga seorang manager yang masih muda, energik, ramah, dan tampan. Sikapnya lembut seperti Afin, dan perhatian kepada seluruh karyawan outletnya.
Tok tok tok
Amira mengetuk pintu ruangan manager.
"Masuk!" Suara dari dalam mempersilahkan.
Amira memasuki ruangan manager itu dengan sedikit ragu. Entah apa masalah yang dibuatnya sampai sang manager memanggilnya.
"Kata Rani bapak manggil saya?" Amira berjalan mendekati meja manager "ada apa ya pak?"
"Duduk!" Perintah Rizal sang manager.
Amira segera duduk di kursi depan meja manager. Pikirannya masih menerka-nerka apa gerangan yang akan managernya bicarakan.
"Kamu udah makan?" Tanya Rizal membuyarkan segala kecamuk pikiran Amira.
Amira menggeleng canggung. Amira berusaha bersikap tenang. Berharap bukan kesalahan fatal yang diperbuatnya.
Rizal melihat jam di tangannya. Kemudian berpikir sejenak.
"Udah mau jam 8, bentar lagi waktunya kamu pulang kan? Kamu bawa motor?" Tanya Rizal.
Amira mengangguk canggung lagi. Kali ini pikirannya bukan menerka apa kesalahannya, tapi bertanya-tanya apa maksud pertanyaan Rizal.
"Motornya biar nginep di parkiran aja, kamu aku antar pulang ya?" Tawar Rizal pada Amira.
Amira tidak tau harus menjawab apa. Ini di luar dugaannya. Amira hanya bisa menatap bingung pada managernya itu.
"Kita sekalian makan malam, ada yang ingin aku bicarakan sama kamu" lanjut Rizal.
"Emmm. T-tapi pak, saya takut karyawan yang lain..." Belum sempat Amira melanjutkan perkataannya, Rizal memotong.
"Mereka tidak seperti karyawan di outlet lamamu. Mereka open minded dan nggak suka berprasangka buruk" jelas Rizal.
Amira hanya ber-oh ria sembari mengangguk tanda mengerti.
"Kalo begitu, aku tunggu di mobil ya? Mobil aku di depan outlet" Rizal tersenyum pada Amira.
Amira membalas senyuman Rizal dengan kaku sembari mengangguk.
"Saya siap-siap dulu ya, pak?" Amira segera beranjak meninggalkan ruang manager setelah mendapat anggukan dari Rizal.
***
A
mira dan Rizal kini berada di sebuah kafe tidak jauh dari outlet Amira bekerja. Keduanya tengah menikmati hidangan yang ada di hadapan mereka. Amira masih merasa canggung dengan perlakuan Rizal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amira [ COMPLETED ]
RomanceJodoh itu di tangan Tuhan... Of course... Cinta tak harus memiliki... Munafik.. Cinta akan tumbuh karena terbiasa... Oh ya? Amira memiliki kisah cinta yang indah, punya pacar yang tampan, baik, dan pengertian. Sampai suatu hari Amira bertemu dengan...