Melepaskan

262 18 0
                                    

Tinggal seminggu lagi Amira dan kawan-kawan berada di desa tempat mereka PKL. Amira dan teman-teman mahasiswa disibukkan dengan laporan akhir dan persiapan malam perpisahan dengan penduduk desa. 3 bulan yang sangat berkesan bagi para mahasiswa PKL, berada di tempat yang sangat indah dan jauh dari keramaian kota.

"Mir, Lo kenapa kok melamun terus?"  Tanya Tari ketika melihat sahabatnya itu menyandarkan diri ke tiang penyangga atap pendopo balai desa, dengan pandangan kosong lurus menghadap depan.

"Eh, Tar!" Amira tersentak kaget "Ada apa? Gue di panggil panitia?"

"Enggak kok. Cuma heran aja, akhir-akhir ini Lo banyak melamun" Tari memegang pundak Amira "Gara-gara kejadian Rizal itu ya?"

Flashback on

Putra dan Amira memasuki unit kesehatan. Tari sedang memasukan beberapa berkas ke dalam lemari penyimpanan data ketika melihat dua sahabatnya memasuki ruangannya. Matanya membulat sempurna saat melihat luka di salah satu pelipis Amira.

"Put, Amira kenapa?" Tari segera menghampiri Putra untuk membantu menuntun Amira duduk di salah satu kursi pasien di unit kesehatan.

"Gara-gara pacar gesreknya ni!" Putra duduk di sebelah Amira setelah mendudukkan Amira.

"Tunggu ya, gue ambil kotak p3k dulu. Perlu gue panggilan dokter Nana?" Tawar Tari yang nampak cemas pada Amira.

"Nggak usah, Tar. Ini cuma luka kecil kok!" Tolak Amira sembari tersenyum.

"Tapi perbuatan cowok Lo itu nggak bisa di anggep sepele loh, Mir! Dia udah melakukan tindak kekerasan!" Putra mengatur nafas untuk meredam emosinya.

" Dia nggak sengaja, Put" Amira mencoba membela kekasihnya.

"Nggak sengaja gimana? Jelas-jelas dia mukul Lo!" Putra mulai emosi lagi.

"Dia mau mukul Lo, tapi gue halangi, jadi gue yang kena!" Jelas Amira.

"Udah dong debatnya! Sini gue obati dulu luka Lo!" Tari menghampiri Amira kemudian mulai membersihkan luka di pelipis Amira. Sesekali Amira meringis kesakitan.

"Mending Lo putus aja deh sama tuh orang, Mir!" Kata Putra serius.

"Putra, jangan gitu dong!" Amira memelas .

"Putra bener, Mir!" Amira memalingkan pandangannya ke arah Tari "Mending Lo jangan lanjutin hubungan Lo sama Rizal. Gue bener-bener ngrasa Lo itu nggak nyaman sama dia. Gue nggak mau Lo salah pilih, nggak mau Lo cuma korban perasaan lagi".

"Gue...." Amira nggak tau mesti menyangkal seperti apa lagi. Tapi semua yang di katakan Tari adalah fakta. Bahwa dirinya tidak nyaman dengan Rizal, dan dirinya hanya mengorbankan perasaannya.

"Jangan bilang Lo nggak tega! Lo lebih tega sama diri Lo sendiri kalo Lo terus sama dia!" Putra menatap tajam Amira.

Amira mengangguk. Entah apa yang ia angguki. Tapi dia berharap anggukannya menyudahi semua percakapan ini.

Flashback off

Amira menghela nafas "Lo sama Putra bener, Tar! Gue nggak bisa sama Rizal. Gue nggak bisa cinta sama dia".

Tari menepuk pundak Amira "semua pilihan ada di elo, Mir. Tapi menurut gue, Lo mending cari yang benar-benar bisa Lo cinta" saran Tari.

"Iya, Tar. Sepulang dari sini, gue bakal ngomong sama Rizal" Amira tersenyum pada Tari.

Tari membalas senyum Amira dengan tulus.

***

Malam ini adalah malam terakhir mahasiswa PKL berada di desa Seroja. Para mahasiswa mengadakan malam perpisahan dengan warga dan para petinggi desa.

Amira [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang