Amira berjalan dari kamar mandi menuju ruangannya di kantor. Entah mengapa sejak tadi pagi rasa pening di kepalanya tak kunjung hilang. Sekujur badannya berkeringat dingin. Wajahnya pucat pasi dan perutnya mual tak karuan.
'Perasaan gue udah sarapan, nggak makan yang aneh-aneh juga. Masa iya asam lambung gue naik lagi?' batin Amira 'Apa gue ijin pulang aja ya?'
Baru saja Amira akan memasuki ruangannya, Afin memanggilnya.
"Mir!"
Amira berbalik menghadap Afin.
"Astaga! Kamu sakit? Kamu pucet banget loh, Mir!" Afin khawatir.
"Ng-nggak, Fin. Aku nggak papa. Cuma rada pusing aja, nanti juga sembuh" Amira mengusahakan senyumnya.
"Yakin? Kamu bisa ijin kalo kamu nggak kuat kerja" Saran Afin.
Amira menggeleng "Aku nggak papa".
"Oiya, tadi manggil aku ada apa?" Tanya Amira.
"Oh, ini tadi pak direktur minta kamu ke ruang arsip buat siapin berkas buat meeting" Afin jeda sejenak "Tapi aku aja deh! Kamu istirahat di ruangan kamu aja".
"Nggak, aku bisa kok Fin" Amira segera beranjak ke ruang arsip.
Baru beberapa langkah meninggalkan Afin, kepala Amira terasa berat. Kunang-kunang berkeliar bebas di matanya. Tubuhnya melemah dan kakinya tidak mampu menahan beban berat badannya lagi.
BRUUUK..
"Amira!" Pekik Afin.
Afin berlari mendekati Amira yang terkulai lemas dan membopongnya ke mobil, lalu melaju dengan cepat menuju rumah sakit terdekat.
***
Titan berlari kesetanan di sepanjang koridor rumah sakit setelah mendapat kabar Amira di bawa ke IGD rumah sakit. Pikirannya tidak bisa tenang memikirkan keadaan istrinya. Sampai di IGD, Titan mendapati sok-sok Afin, orang yang dulu sering mengantar jemput Amira saat Amira masih bekerja di outletnya.
"Mana Amira?" Tanya Titan frustasi.
"Lo tenang, Amira lagi di periksa di dalem. Kita tunggu sampai dokter keluar" Afin mencoba menenangkan.
"Gimana gue bisa tengang? Istri gue sampe pingsan begitu!" Titan mengacak rambutnya frustasi.
Dia merasa gagal menjaga Amira. Bisa-bisanya dia lalai sampai Amira sakit begini. Suami macam apa yang tidak peka istrinya sedang sakit?
"Gue ngerti, tapi Amira udah di tangani dengan baik. Dia pasti baik-baik aja" Ujar Afin "Lo frustasi kaya gitu cuma akan bikin keadaan jadi nggak nyaman".
Titan menatap Afin sesaat dengan tatapan yang Afin tak tahu artinya.
'Pantes dulu Amira nyaman sama ini orang. Lembut, perhatian, dan sikapnya dewasa banget. Tapi kenapa Amira dulu nggak jadian sama cowok ini aja?' batin Titan.
"Kenapa liatin gue begitu?" Tanya Afin.
Titan tersentak dari lamunannya.
"Lo itu yang dulu sering anter jemput Amira ke outlet kan?" Tanya Titan.
"Iya, Lo masih inget?" Afin terkekeh.
"Apapun tentang Amira, gue nggak mungkin lupa" Titan menghela nafas.
"Makasih udah bawa Amira ke rumah sakit. Makasih juga udah bantu jaga Amira" lanjut Titan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amira [ COMPLETED ]
RomanceJodoh itu di tangan Tuhan... Of course... Cinta tak harus memiliki... Munafik.. Cinta akan tumbuh karena terbiasa... Oh ya? Amira memiliki kisah cinta yang indah, punya pacar yang tampan, baik, dan pengertian. Sampai suatu hari Amira bertemu dengan...