Amira mengerjap-ngerjapkan matanya menyesuaikan cahaya ruangan yang ia tahu itu bukan kamarnya. Pandangan teralih pada seseorang yang sedang tidur di sampingnya sambil terduduk dengan kepala menyandar pada brankar tempatnya tidur. Perlahan Amira mengusap kepala lelaki yang seingat Amira beberapa hari lagi akan menjadi suaminya itu.
Merasa ada yang menyentuhnya, Titan terbangun dari tidurnya. Matanya segera terbuka lebar ketika mendapati tangan Amira yang mengusap kepalanya. Segera di alihkan pandangannya pada Amira. Tangan kanannya meraih tangan gadis pujaan hatinya itu. Tersirat kelegaan luar biasa di mata Titan.
"Udah bangun, Mir? Lo bener-bener bikin khawatir gue!" Ucap Titan sembari membelai rambut Amira dengan tangan kirinya.
"Gue baik-baik aja, Tan!" Ujar Amira sembari tersenyum.
Amira sejenak mengamati penampilan Titan yang tidak seperti biasanya. Matanya sembab, rambut dan bajunya acak-acakan. Penampilannya sungguh kacau.
"Lo kurang sehat? Kok mata Lo sembab?" Tanya Amira masih dengan suara seraknya.
"Gue nggak papa, jangan terlalu di pikirin. Yang terpenting sekarang Lo harus segera pulih" Titan melekatkan tangan Amira ke pipinya "Gue nggak mau liat Lo sakit begini terus. Hati gue sakit kalo Lo sakit".
"Kok Lo jadi melow gitu, sih? Nggak pantes tau!" Amira terkekeh.
Titan ikut terkekeh "Sakit aja masih bisa becanda Lo!"
"Jangan sedih, gue baik-baik aja kok! Besok juga udah boleh pulang" Amira mencoba menenangkan Titan.
"Yaudah, gue panggil dokter jaga dulu biar meriksa keadaan Lo!"
Titan beranjak setelah mendapat anggukan dari Amira.
Tak berapa lama Titan kembali bersama dokter jaga untuk memeriksa keadaan Amira setelah kembali siuman dari pingsannya. Beberapa saat hening di ruangan itu saat dokter memeriksa keadaan Amira.
"Semuanya baik, tidak ada yang serius. Kalau besok mbak Amira sudah stabil, saya ijinkan pulang dan istirahat di rumah" kata dokter itu pada Titan sembari tersenyum ramah.
"Alhamdulillah! Makasih, dok!" Titan membalas senyuman dokter itu.
"Yasudah, saya tinggal ya?" Dokter itu keluar dari ruangan Amira setelah mendapat anggukan dari Amira dan Titan.
***
Amira sedang sarapan ketika Titan masuk ruang rawat inap Amira. Hari ini Amira sudah diijinkan pulang oleh dokter. Titan datang untuk menjemputnya dan mengantar Amira pulang ke rumahnya.
"Mama belum ke sini?" Tanya Titan.
"Belum. Mungkin masih di jalan". jawab Amira kemudian memasukkan suapan terakhir sarapannya ke dalam mulutnya.
"Yaudah, kita pulangnya nunggu mama aja ya? Takutnya kita pulang, mama Dateng ke sini" Titan mengambil piring bekas sarapan Amira dan meletakkannya di atas nakas samping brankar.
Titan mengambilkan air putih di atas nakas kemudian menyerahkannya pada Amira "minum dulu!".
Usai Amira minum, Titan kembali meletakkan gelas itu ke atas nakas.
"Hp Lo kok nggak aktif sih?" Tanya Amira.
Titan teringat hp nya yang rusak, jatuh ketika dirinya mendapat kabar Amira mengalami kecelakaan.
"Oh, hp nya rusak, kemaren jatoh. Besok deh gue beli lagi" Jawab Titan.
Amira hanya ber-oh ria sembari mengangguk-angguk paham.
"Oiya, kemaren siapa yang telepon gue ya? Yang ngabari kalo Lo kecelakaan? Suara cowok, tapi gue nggak kenal" tanya Titan.
Amira sejenak berpikir 'apa mungkin Aksa?'
"Mana gue tau! Kan gue nggak sadar. Kalo sadar pasti gue sendiri yang ngasih kabar ke elo" jawab Amira mencoba menepis segala pikirannya tentang Adiaksa.
"Bener juga!" Titan terkekeh.
Meskipun Amira selalu menepis, tapi pikirannya tentang Adiaksa selalu muncul dan membayangi. Dia sangat ingat, sebelum kecelakaan itu terjadi, dirinya tengah bersama Adiaksa di taman. Amira sangat yakin yang membawanya ke klinik pasti Adiaksa. Dan si penelepon Titan, bisa jadi juga Adiaksa.
***
Akhirnya Amira bisa menapakkan kakinya di rumah tercintanya. Beruntung keadaannya tidak parah. Kalau tidak, entah bagaimana nasib acara pentingnya yang akan berlangsung 3 hari lagi.
"Mir, gue pulang dulu ya?" Pamit Titan.
"Loh, kok buru-buru?" Amira mengernyitkan keningnya.
"Kita kan lagi di larang ketemu! Pengecualian kemaren karena Lo di rawat di klinik" Titan terkekeh.
"Oiya! Kita kan lagi di pingit ya?" Amira terbahak "Mama lagi masukin tas ke kamar gue, mau nunggu?"
"Nggak usah deh. Gue langsung balik aja. Pamitin aja ke mama!" Tolak Titan.
"Yaudah, ati-ati ya!"
Titan beranjak keluar dari rumah Amira. Tak lama setelah Titan pergi, mama Amira kembali dari kamar Amira menghampiri Amira yang duduk sendiri di ruang keluarga.
"Loh, Titan mana?" Tanya mama Amira.
"Pulang, ma! Dia lupa kalo kita lagi di pingit!" Amira terkekeh.
"Yaelah, udah nggak guna pingitannya, kemaren aja kalian ketemu!" Mama Amira ikut terkekeh.
"Oiya, yang nolongin Amira waktu kecelakaan siapa ma?" Tanya Amira tiba-tiba, sukses membuat senyum mama Amira memudar.
"Jangan bilang Aksa yang udah nolongin Amira!" Amira menatap tajam mamanya.
Mama Amira menghela nafas "Memang Aksa yang udah nolongin kamu, Mir" jawab mama Amira.
Amira terdiam mendengar jawaban mamanya. Perlahan tatapannya Berubah menjadi tatapan sendu.
'Apa bener yang nelepon Titan juga Aksa?' batinnya.
"Dia bahkan nungguin kamu seharian sampe Titan dateng!" Lanjut Mama Amira.
"Aksa juga yang nelepon Titan?" Tanya Amira akhirnya tak tertahankan.
"Iya, dia yang telepon Titan. Dia sangat cemas sama keadaan kamu. Sebenarnya dia pengen nunggu kamu sampe sadar, tapi dia nggak mau Titan salah paham. Jadi dia terus pamit pulang setelah ngasih kabar ke Titan" jelas mama Amira lagi.
Amira semakin terhenyak. Adiaksa masih bisa sangat mengkhawatirkan dirinya sampai seperti itu. Hati Amira kembali sakit, mengingat besar rasa sayang Adiaksa padanya, tapi Adiaksa tak pernah memperjuangkannya untuk kembali dulu. Dan kini, setelah Amira benar-benar ingin melupakannya, Adiaksa malah kembali dengan sejuta rasa yang sangat Amira rindukan.
***
Nah loh, mau nikah malah kepikiran Adiaksa...
Amira, elo itu sebenarnya mau sama siapa sih?
Author juga bingung mau jadiin Amira sama siapa 😁😁..
Siapa nih yang dukung Amira sama Adiaksa??
Atau masih tetep greget Amira sama Titan???
Author cari inspirasi alur dulu deh!Kadang next cepet, kadang molor-molor. Maapin ya...
Ane sebagai volunteer yang kerjaannya freelance, kadang waktu bisa di buang-buang, kadang mau buka hp aja rasanya Syusyah..
Jadi maapkan nggak bisa pasti updatenya..Yuk vote yang banyak...
KAMU SEDANG MEMBACA
Amira [ COMPLETED ]
RomanceJodoh itu di tangan Tuhan... Of course... Cinta tak harus memiliki... Munafik.. Cinta akan tumbuh karena terbiasa... Oh ya? Amira memiliki kisah cinta yang indah, punya pacar yang tampan, baik, dan pengertian. Sampai suatu hari Amira bertemu dengan...