Dunia Baru

323 14 0
                                    

Ujian Nasional berakhir seminggu yang lalu. Kini Amira free. Di sekolah dia dan teman-temannya datang hanya untuk sekedar mencari info tentang pengumuman ujian, maupun jadwal tes masuk perguruan tinggi. Tapi Amira tak pernah tertarik untuk mengikuti tes itu. Pikiran Amira tetap sama, dia ingin bekerja. Papanya melarangnya bekerja, tapi dasar kepala batu, dia tetap pada pendiriannya.

"Jadi, Lo yakin mau kerja, Mir?" Tanya Seva sembari menyeruput es tehnya di kantin.

"Iya Sev, gue mau kerja aja" Amira tersenyum tipis.

"Sayang loh, Mir. Elo lebih pintar dari gue, kenapa gue kuliah elo enggak? Gue jadi ngerasa nggak pantes kuliah" Seva memasang muka sedihnya.

"Tenang aja, gue tetap kuliah, kerjanya cuma buat sampingan" Amira mengaduk-aduk jus miliknya "part-time gitu lah!"

"Tapi itu nggak akan bikin Lo nyaman. Itu bikin Lo nggak ada waktu buat diri Lo sendiri. Lo bakal sibuk, nggak bisa maen sama kita lagi, sama Adiaksa juga" Seva mencoba membuka pikiran Amira.

"Gue pasti bisa, Sev. Gue akan tetap sisihkan waktu buat kalian juga Adiaksa. Adiaksa juga langsung kerja. Dia udah di terima di perusahaan besar dengan nilai tes terbaiknya" Amira bersikeras.

"Adiaksa lulusan SMK. Dia udah punya keahlian. Kita? Bisa kerja apa dengan materi bakteria atau rumus logaritma yang belum mateng? Pendidikan kita harus dituntasin dulu, Mir" Seva seperti memohon

"Sev, gue cuma part-time kok. Cuma cari pengalaman aja. Kalo nggak kuat gue bisa berhenti kerja" Amira meyakinkan Seva yang seperti nya khawatir dengannya.

"Terserah Lo aja, Mir. Yang penting gue udah ingetin Lo tentang ini" Seva menghabiskan es tehnya lalu beranjak.

"Mau kemana, Sev?" Tanya Amira.

"Nyari Dani sama Ica. Mau ikut?" Seva mengerlingkan matanya.

"Ikut!" Amira langsung mengikuti langkah Seva meninggalkan kantin.

***

Makan malam hari ini di rumah tanpa Ema karena lagi ikut persami dari sekolahnya. Selesai makan, papa Amira membuka obrolan hangat.

"Jadi, kamu mau kuliah sambil bekerja?" Tanya papa

"Iya, pa! " Amira mengangguk cepat " boleh ya?"

"Tapi kerja di tahun pertama kuliahmu akan sangat berat, Mir". Mama Amira membuka suara.

"Bener kata mamamu, kalau di pertengahan atau akhir semester sebelum skripsi , okelah" Papa Amira berpendapat sama seperti mama Amira.

"Amira janji, Amira akan bagi waktu dengan baik" Amira menangkupkan kedua tangannya memohon.

"Yasudah, apapun yang kamu lakukan, asal kamu bertanggungjawab atas nilai kuliahmu. Itu aja pesen papa" Kata Papa sembari beranjak meninggalkan Amira dan mamanya.

"Mir, sebaiknya dipikir lebih matang. Mama takut kuliahmu terganggu. Mama cuma mau yang terbaik buat kamu" Pinta mama Amira.

"Beri kepercayaan sama Amira, ma. Amira udah dewasa. Amira udah 18 tahun" Mata Amira memancarkan kesungguhan.

"Yasudah kalo itu mau kamu". Mama Amira juga beranjak meninggalkan meja makan.

Amira segera membereskan meja makan, lalu masuk ke kamarnya.

-kring kring kring

Hp Amira berbunyi. Di layar hp tertera nama Aksa , panggilan Amira kepada Adiaksa yang kini telah menjadi kekasihnya.

Amira [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang