"Buat apa gue miliki raga elo, sementara hati elo bukan sepenuhnya buat gue?" Gumam Titan sembari merubah posisinya memunggungi Amira.
"Apa?!"
"Hah?! Eng-nggak, nggak papa! Tidur gih! Udah malem banget. Bentar lagi subuh!"
Amira tak menjawab lagi kata-kata Titan. Tak berapa lama dengkuran halus terdengar, Titan telah masuk ke alam mimpinya. Amira turun dari ranjang kemudian duduk di kursi depan meja kerja Titan. Pikirannya terus memutar gumaman Titan tadi. Biarpun Titan mengira Amira tak mendengar gumamannya, tapi sebenarnya dia dengan jelas merekam gumaman suaminya itu dalam otaknya.
"Buat apa gue miliki raga elo, sementara hati elo bukan sepenuhnya buat gue?"
Amira menidurkan kepalanya di atas meja kerja Titan. Tak terasa manik bening meleleh dari sudut matanya. Amira benar-benar merasa bersalah terhadap suaminya. Bagaimana bisa dia menikah dengan Titan, tapi hatinya tak sepenuhnya dia berikan pada suaminya itu.
"Maafin gue, Tan". Gumamnya.
Perlahan mata Amira menutup. Pikirannya butuh beristirahat. Dia ingin ketenangan. Amira mulai memasuki alam bawah sadarnya.
***
Amira mengerjap-ngerjapkan matanya menyesuaikan cahaya ruangan kamarnya. Amira seketika terlonjak kaget mendapati dirinya sudah tidur di kasur. Seingatnya, semalam Amira terakhir duduk di meja kerja Titan.
Amira menoleh ke samping, tapi suaminya tak berada di tempatnya. Amira meraih handphone nya di atas nakas. Jam sudah menunjukkan pukul 10 pagi. Titan pasti sudah bangun terlebih dahulu.
Amira segera beranjak keluar dari kamarnya. Di carinya Titan ke seluruh sudut apartemennya. Titan tidak ada di apartemen. Amira berinisiatif mencari Titan keluar apartemen, tapi nihil. Titan tidak ada di manapun.
Amira mengambil handphone nya di kamar. Kemudian mencoba menelepon Titan.
1 panggilan.
2 panggilan.
3 panggilan.
Tak ada jawaban dari Titan.
Tiba-tiba mata Amira menangkap sepucuk kertas di meja kerja Titan. Amira segera menyahut kertas itu dan membaca apa isinya.
Gue keluar dulu sama Nico, ada keperluan. Hari ini berangkat kerja sendiri dulu, ya? Maaf tadi mau pamit elo masih tidur. Nggak tega bangunin.
Begitu kira-kira isi note Titan untuk Amira. Amira terduduk lemas di kasur. Dihela nafasnya berkali-kali, mencoba menetralkan gejolak hatinya. Entah mengapa hatinya sakit dengan sikap Titan itu. Amira memang belum bisa mencintai Titan, tapi bukan berarti Titan bisa bersikap seenaknya terhadap Amira bukan?
Amira mengusap wajahnya kasar.
'Kenapa Titan jadi cuek begini? Apa dia begini karena gue belum bisa cinta sama dia? Apa dia mulai give up sama perasaan gue? Tapi ini baru 1 Minggu dari pernikahan kita, kenapa secepet ini Lo nyerah Tan? Katanya Lo cinta gue, tapi kenapa sikap Lo jadi begini?' batin Amira.
'Atau ini adalah sikap Titan yang belum gue tau aja? Apa memang dia sebenernya orang yang cuek begini? Apa dia memang orang yang suka mengabaikan pasangannya begini?' terka Amira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amira [ COMPLETED ]
RomanceJodoh itu di tangan Tuhan... Of course... Cinta tak harus memiliki... Munafik.. Cinta akan tumbuh karena terbiasa... Oh ya? Amira memiliki kisah cinta yang indah, punya pacar yang tampan, baik, dan pengertian. Sampai suatu hari Amira bertemu dengan...