Amiraku [ END ]

951 26 0
                                    

Amira masuk apartemen dengan muka kusut dan mata sembab. Jam baru menunjukkan pukul 7 malam, tapi badan Amira meminta untuk segera direbahkan. Usai menyimpan sepatunya di rak sepatu, dengan langkah gontai dia menuju kamarnya. Belum memasuki kamar, suara bariton Titan menyapanya.

"Baru pulang Mir?" Titan muncul dari dapur kemudian berjalan mendekati Amira.

Amira membalikkan badan menghadap Titan dan menatap suaminya sendu. Titan memperhatikan wajah Amira yang terlihat kusut.

"Lo abis nangis?" Tanya Titan khawatir.

Bukannya menjawab, Amira malah langsung memeluk Titan. Walaupun bingung, Titan akhirnya membalas pelukan istrinya. Dia mengusap pelan punggung Amira.

"Are you okay?" Tanya Titan lembut.

"Titan!" Amira mendongak menatap suaminya "Jangan tinggalin gue".

Titan mengernyitkan keningnya heran "kenapa Lo tiba-tiba bilang begitu? Gue nggak ada niatan sedetikpun buat ninggalin Lo, Mir".

"Gue sayang sama Lo, gue butuh Lo di samping gue" kata Amira sembari menenggelamkan wajahnya ke dada Titan.

Titan tersenyum tipis mendengar ucapan Amira yang membuat hatinya hangat. Ucapan tulus dari hati Amira, yang lama Titan tunggu.

Perlahan Titan melepas pelukan Amira. Titan menatap dalam Amira. Entah mengapa gadis di depannya selalu bisa membuat jantungnya berpacu 2 kali lipat lebih cepat. Perlahan namun pasti Titan mengikis jarak antara dirinya dan Amira hingga menyisakan satu jengkal jarak di antara keduanya.

Amira bisa merasakan hembusan nafas hangat Titan, begitu juga sebaliknya. Amira memejamkan matanya ketika Titan mulai mengikis lagi jarak di antara wajah. Ada getaran hebat dalam diri Amira ketika bibirnya dengan Titan bertemu.

Entah perasaan apa yang Amira rasakan. Ciuman itu, tiba-tiba tanpa dia kehendaki, tapi dia juga tidak ingin mengakhirinya. Lama kelamaan ciuman itu semakin dalam dan menuntut.

Perlahan Titan menuntun Amira masuk ke dalam kamar masih dengan posisi yang sama. Tanpa penolakan dan paksaan, Amira menyerahkan segenap jiwa dan raganya kepada Titan malam itu. Menunaikan kewajibannya sebagai seorang istri, dan memberikan hak Titan sebagai seorang suami. Ya, setelah sekian lama menikah, malam itu menjadi malam pertama mereka, benar-benar menjadi suami dan istri yang sebenarnya.

***

Amira mengeliat sembari mengerjap-ngerjapkan matanya. Di lihatnya jam di dinding, masih menunjukkan pukul 5 pagi. Di alihkan pandangannya pada seseorang di sampingnya. Amira tersenyum melihat Titan yang masih tertidur pulas. Amira mengubah posisi tidurnya menghadap Titan agar bisa lebih lekat menatap wajah suaminya.

Kejadian semalam masih terbayang di benak Amira. Dia sudah menjadi milik Titan sepenuhnya sekarang. Pikirannya kembali mengulang pertemuannya dengan Afin kemarin siang.

Flashback on

"Kamu kenapa?"

Mata Amira memanas ketika Afin bertanya seperti itu. Pertanyaan yang selalu memancing luapan emosi hati Amira. Selalu seperti itu sedari dulu.

"Aku... Gue... Gue belum disentuh suami gue sama sekali" Air mata Amira menetes, tapi dia berusaha tidak terisak.

"Suami kamu nggak..."

"Gue yang belum siap" potong Amira cepat "Dia nggak mau maksa gue. Dia nggak mau gue trauma. Biarpun gue bilang gue nggak papa, dia tetep nggak mau maksain".

Amira [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang