Papa Amira Sakit 1

264 11 0
                                    

Amira baru keluar dari kelas komunikasi bersama Tari dan Ana ketika HP-nya berbunyi. Sebuah panggilan masuk dari Ema. Amira segera mengangkat panggilan itu.

"Hallo, Ma. Ada apa?"

"Kak, hiks.. Kak Mira.." terdengar Ema tengah terisak membuat Amira mengernyitkan keningnya.

"Kok Lo nangis? Ada apa?" Hati Amira mulai tak tenang.

"Papa kak. Hiks.. papa.."

"Papa kenapa?" Potong Amira cepat.

"Papa masuk Rumah sakit. Hiks.."

Seketika tubuh Amira menegang. Pria terkuat itu, beliau sekarang sakit? Seumur Amira, dia tidak pernah melihat atau mendengar papanya sakit kecuali flu, batuk atau masuk angin saja. Tapi kali ini sakit apa?

"Kok bisa sampe masuk rumah sakit?" Nada suara Amira sedikit tinggi karena panik.

"Tadi papa pingsan di kantor. Sekretarisnya telepon gue. Katanya telepon mama nggak di angkat" jelas Ema.

"Terus mama udah di situ?" Tanya Amira pelan, lemas.

"Belum ke sini, kak. Pihak rumah sakit sedang nyoba hubungi mama lagi" jelas Ema.

"Yaudah, Lo yang tenang, gue segera ke situ. Tunggu ya?"

Amira segera mematikan teleponnya. Sekarang yang ada di pikirannya, bagaimana dia bisa secepatnya sampai ke rumah sakit. Titan akan menjemputnya setengah jam lagi, dan itu terlalu lama baginya. Amira ingin segera sampai rumah sakit untuk memastikan keadaan papanya.

"Kenapa Mir?" Tanya Tari.

"Tar, Lo naik motor?" Bukannya menjawab, Amira malah bertanya balik.

"Enggak, gue tadi sama Putra. Tadi dia ngajakin bareng" jawab Tari.

"Lo, Na?" Pandangan Amira berilah pada Ana.

Ana menggeleng "Lo kan tau gue saban hari naik angkot!"

Amira menghela nafas. Kebingungan melanda.

"Kenapa sih, Mir? Titan nggak jemput?" Tanya Tari.

Amira menggeleng pelan. Diputar bola matanya gelisah.

"Papa gue masuk rumah sakit" ujar Amira lirih, hampir tak terdengar.

"Apa?!" Pekik Ana dan Tari bersamaan.

"Gue harus segera ke rumah sakit. Ema sendiri, mama belom bisa dihubungi" sebulir air mata lolos dari mata Amira, menandakan hatinya tak bisa menahan lagi luapan perasaannya.

"Gue anter!" Sahut Putra tiba-tiba. Entah sejak kapan lelaki itu ada di belakang ketiga sahabatnya.

"Lo bisa pulang bareng Ana kan, Tar?" Tanya Putra pada Tari.

"Iya, bisa kok. Lo anter Mira aja!" Tari setuju "Yang sabar ya, Mir?".

Amira hanya mengangguk lemas.

***

Amira berjalan cepat melalui lorong-lorong rumah sakit diikuti Putra. Matanya terus menyisir setiap sudut yang dilaluinya untuk menemukan sok-sok yang di kenalnya. Matanya membulat sempurna ketika sok-sok yang dicarinya tertangkap penglihatannya. Seorang gadis masih lengkap dengan seragam sekolahnya sedang duduk menopang dagu sambil sesekali menyeka air matanya.

"Ema!" Panggilnya.

Ema menoleh, sedetik kemudian gadis itu berhambur memeluk kakaknya sambil terisak.

Amira [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang