Amira libur kerja hari ini. Usai kuliah, Amira memutuskan pergi ke rumah Tari untuk sekedar menikmati waktu senggangnya bersama sahabatnya.
Di kamar Tari, Amira merebahkan tubuhnya di kasur berukuran singgle milik Tari. Sedangkan si empunya kasur tengah serius me-stalking beberapa akun sosial media melalui laptopnya.
"Eh, eh, Mir! Sini deh! Ini Afin kan?"
Amira segera duduk dan melihat apa yang di maksud Tari. Amira membulatkan matanya ketika mendapati foto Afin di laptop Tari. Yang membuatnya lebih melongo adalah foto itu tak menampakkan Afin sendiri. Ada sok-sok perempuan di sebelah Afin.
"Lo punya Twitternya Afin?" Tanya Amira.
"Ini Twitter temen SMP gue, kok dia bisa sama Afin ya?"
"Pacaran kali!" Amira kembali tiduran di kasur Tari.
Biarpun terkesan tidak mau tau, tapi Amira memikirkan apa yang dia lihat barusan.
'Afin udah punya cewek? Apa itu yang bikin Afin nggak mau Deket sama gue lagi?'
Tiba-tiba perasaan Amira menjadi sedih. Bagi Amira, Afin adalah kenyamanannya setelah keluarganya. Afin selalu ada untuk Amira, selalu lembut terhadapnya, dan selalu bisa menenangkan Amira. Tapi kini Afin menjauh dari Amira sejak Amira dekat dengan Rizal.
'Kalo gue kasih tau Afin kalo gue udah putus sama Rizal, dia bakal mau Deket sama gue lagi nggak ya? Tapi kan sekarang Afin udah punya cewek' batin Amira penuh tanda tanya.
"Mir, Lo itu sebenernya gimana sih sama Afin sebelum Lo jadian sama manager Lo? Setau gue, dia mantan Lo kan?" Tanya Tari
"Iya, dia mantan gue. Sebelum gue jadian sama Ak..." Amira tak melanjutkan untuk menyebut nama Adiaksa.
Amira menghela nafas untuk mengatur emosinya karena hampir saja mulutnya mengatakan keyword yang akan mengundang perasaan yang tak ingin dia rasakan lagi.
"Setalah gue putus sama dia, gue masih sahabatan sama dia. Dia selalu ada buat gue, bahkan dia berhenti kerja di Bali dan pulang ke sini cuma buat gue. Tapi setelah gue Deket sama Rizal, dia jauhin gue" jelas Amira lebih lanjut.
"Kayanya Afin masih suka deh sama Lo, Mir. Kalo boleh tau, Lo putus sama Afin karena apa?" Tanya Tari lagi.
Amira diam. Dia memang putus sama Afin hanya karena Afin berangkat ke Bali dan waktu itu dirinya sedang marah hanya karena Afin telat menjemputnya. Tapi apakah dia akan mengatakan semua itu pada Tari?
"Nggak usah cerita nggak papa kok! Makan yuk!" Tari menarik tangan Amira untuk beranjak menuju ruang makan.
Amira menghela nafas lega karena dia tak harus menceritakan hal yang sebenarnya tidak ingin diingatnya.
***
Di rooftop sebuah cafe, Amira sendirian melamun memandang kosong ke depan. Pikirannya masih mengingat setiap kebersamaannya dengan Afin.
'Andai gue balik sama Afin, gue pasti udah bahagia. Dia peduli sama gue, dan gue pernah sayang sama dia'
Batin Amira penuh dengan andai-andai.
'Tapi mana mungkin, gue aja masih inget sama...'
Amira menghela nafas dan mengusap wajahnya kasar. Semua pikiran andai-andainya segera dibuang jauh dari pikiran Amira.
Mata Amira tiba-tiba terfokus pada sok-sok yang amat familiar dengannya. Sok-sok yang sedari tadi memenuhi pikirannya.
"Afin!" Gumam Amira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amira [ COMPLETED ]
RomanceJodoh itu di tangan Tuhan... Of course... Cinta tak harus memiliki... Munafik.. Cinta akan tumbuh karena terbiasa... Oh ya? Amira memiliki kisah cinta yang indah, punya pacar yang tampan, baik, dan pengertian. Sampai suatu hari Amira bertemu dengan...