Jangan Nikah, Amira!

303 14 0
                                    

Amira sudah mulai ambil cuti kerja juga kuliah untuk seminggu kedepan. Pernikahannya akan berlangsung 5 hari lagi. Dan selama itu pula Amira dilarang pergi jauh dari rumah, juga dilarang bertemu dengan Titan.

Perasaan Amira mulai deg-degan mendekati hari sakralnya. Bahagia jelas terpancar di paras ayu Amira. Sungguh Amira tidak menyangka masa lajangnya akan berakhir di usianya yang masih sangat muda, 21 tahun.

Amira sedang nonton tv sendiri sore itu, ketika bel rumahnya berbunyi. Mama dan Ema sedang pergi entah kemana, sedangkan papanya belum pulang kerja. Jadilah Amira sendiri yang harus membukakan pintu. Dengan langkah malas Amira beranjak menuju pintu kemudian membukanya.

"Hai, Mir!" Sapa seseorang di balik pintu.

"Aksa!" Gumam Amira kaget saat mendapati sok-sok Adiaksa, mantan kekasihnya berada di balik pintu rumahnya.

"Lo sibuk? Gue mau ajakin lo keluar bentar".

"Emmmm.. Gue... Gue nggak boleh keluar, Sa" tolak Amira yang masih tidak percaya Adiaksa berada di hadapannya.

"Bentar aja. Cuma Deket kok. Di taman depan situ!" Bujuk Adiaksa.

Sejenak Amira berpikir. Masih ada rasa aneh tiap kali berhadapan dengan Adiaksa. Sikapnya juga tidak bisa biasa saja bila bertemu dengan mantan kekasihnya itu.

"Yaudah, jangan lama-lama ya? Nanti mama nyariin gue!" Akhirnya Amira menerima ajakan Adiaksa.

***

Jarak taman dan rumah Amira tidak terlalu jauh. Cukup memakan waktu 10 menit dengan berjalan kaki untuk sampai taman yang sering digunakan bersantai sore warga komplek sekitar rumah Amira.

Setelah sampai di taman, keduanya memutuskan untuk duduk di salah satu kursi taman. Beberapa waktu hening, terjadi kecanggungan di antara kedua insan yang dulu pernah saling melengkapi itu.

"Jadi, Lo mau ngomong apa?" Tanya Amira mengawali pembicaraan.

"Lo beneran yakin mau nikah, Mir?" Adiaksa menatap Amira yang kini juga menatapnya.

"Gue kan udah bilang, gue udah yakin banget!" Amira menjawab dengan penuh keyakinan dan antusias.

"Lo beneran cinta sama Titan?" Tanya Adiaksa lagi.

"Sebenarnya tujuan Lo apa sih tanya kaya gini? Bukannya dulu udah gue jelasin ya?" Amira kesal dengan pertanyaan Adiaksa yang menurutnya berbelit-belit.

"Gue nggak mau Lo salah langkah, Mir! Gue nggak mau Lo terjebak seumur hidup dengan laki-laki yang nggak Lo cinta".

"Apa urusannya sama elo?" Amira tersenyum kecut "Bukannya Lo udah nggak peduli sama cewek kaya gue? Cewek yang suka berkhianat kaya gue?"

"Mir, biar gimanapun elo itu pernah berarti di hidup gue. Gue nggak akan biarin hidup Lo hancur!"

"Lo salah! Justru karena Titan, gue merasa bisa membangun semangat hidup gue lagi! Mau cinta atau enggak, yang jelas gue merasa lebih dihargai kalo sama Titan" Amira memalingkan wajahnya lurus ke arah depan.

"Gue nggak rela Lo nggak bahagia!" Tangan kiri Adiaksa meraih tangan kanan Amira yang berada di sebelahnya.

"Please jangan nikah sama Titan, Mir!" Lanjut Adiaksa yang sukses mendapat tatapan tajam Amira.

"Persetan sama kebahagiaan gue! Lo harusnya pikirin aja kebahagiaan Lo sama Lola! Hidup gue, gue yang urus!" Amira menepis tangan Adiaksa kemudian berdiri dari duduknya.

Mata Amira mulai memanas, ternyata sakit hatinya pada Adiaksa belum benar-benar sembuh. Terbersit rasa senang ketika Adiaksa masih memikirkan kebahagiaannya, tapi kenapa baru sekarang disaat Amira akan menikah dengan lelaki pilihannya?

Adiaksa meraih tangan Amira untuk menahannya kemudian ikut berdiri. Diraihnya bahu kiri Amira dan mengarahkan tubuh gadis ayu itu menghadapnya. Amira masih menunduk, Adiaksa tau Amira menahan tangisnya.

"Gue minta maaf gue udah ninggalin Lo dulu, tapi gue nggak bisa tinggal diam kalo Lo sampai mengorbankan diri Lo sendiri begini" ujar Adiaksa melembut "Kembali sama gue, kita perbaiki semuanya!"

"Semua udah terlambat, Sa!" Suara Amira bergetar "Gue nggak bisa batalin ini semua".

Air mata Amira mulai menetes dengan deras membasahi pipinya. Adiaksa menghapus air mata itu berkali-kali, tapi tetap saja air bening itu tak berhenti mengalir.

"Gue sadar, gue salah! Harusnya gue kasih Lo kesempatan. Gue tau semua kesalahan Lo juga karena kelalaian gue. Gue nggak mau kehilangan Lo, Mir!" Adiaksa menggenggam kedua tangan Amira erat.

"Jadi Lo masih mikir gue dulu memang selingkuh?" Amira tersenyum sinis "Pilihan gue ini udah tepat banget, Sa! Jadi jangan pernah Lo berpikir gue akan batalin pernikahan gue dan kembali sama orang yang nggak pernah mau tau penjelasan gue!"

Amira menepis tangan Adiaksa kemudian beranjak meninggalkan Adiaksa.

"Mir, Lo itu cintanya sama gue! Bukan sama Titan!" Teriak Adiaksa karena jarak Amira sudah mulai menjauh.

Amira menghentikan langkahnya kemudian membalikkan badannya dan menatap tajam Adiaksa.

"Cinta?" Amira tersenyum kecut "Gue udah nggak bisa ngrasain cinta semenjak gue tersakiti karena rasa itu! Jadi jangan pernah tanyain lagi rasa yang nggak akan pernah mungkin lagi muncul di hati gue!"

"Tapi sampai kapanpun, gue akan selalu cinta sama Lo! Biarpun Lo udah jadi milik orang lain, Mir!"

"Gue mau pulang! Udah terlalu lama gue di sini. Calon pengantin nggak baik lama-lama di luar rumah apalagi sama cowok lain begini!" Ucap Amira datar.

Amira berbalik badan dan mulai beranjak meninggalkan Adiaksa di taman itu. Adiaksa hanya menatap kepergian Amira sendu. Tidak ada lagi kesempatan untuk merengkuh Amira lagi dalam hidupnya.

Amira berjalan gontai. Pikiran dan hatinya benar-benar kalut. Dirinya tak menyangka, menjelang hari bahagianya Adiaksa berhasil memporak-porandakan perasaannya. Dia terus berjalan tanpa menghiraukan keadaan sekitar. Sampai saat dia menyeberang jalan dan...

TIIIIIN!! TIIIIIINNN!!

BRUUGGHH!!!

"Amira!!!!!" Pekikan itulah yang terakhir di dengarnya, kemudian semua gelap.

***

Amira kenapa ya?
Nikah tinggal hitungan hari, Amira malah kenapa-kenapa?
Terus gimana pernikahan Amira sama Titan?
Apa memang harus batal?
Duuuh nggak tau deh feel-nya nyampe enggak!
Yang jelas terjadi sesuatu sama Amira..
Yuhuuu aku next deh biar cepet ketemu jawabannya..

Jangan lupa vote ya....

Amira [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang