Titan Marah

227 15 0
                                    

Amira berkali-kali mendekatkan handphone-nya ke telinga. Dia menelepon seseorang tapi tak ada respon dari seberang telepon. Amira menghela nafas gusar. Raut mukanya menampakan kekhawatiran.

"Titan please angkat!" Gumam Amira sembari menelepon nomer yang sedari tadi dihubunginya tapi tak pernah ada jawaban.

Amira mengetik beberapa pesan juga untuk Titan. Tapi tidak ada balasan satupun dari mantan managernya itu. Amira duduk di tepi tempat tidurnya dan kembali memanggil nomor Titan.

Dan lagi, tak ada jawaban. Amira semakin gusar. Amira merebahkan tubuhnya ke kasur  dan Ditatapnya langit-langit kamar tidur miliknya.

'Titan semarah itukah? Bukannya dia pernah bilang kalo dia nggak bisa marah sama gue?' Batin Amira penuh tanya dan kecemasan.

"Kalo dia marah cuma gara-gara begini, apa bedanya dia sama Aksa? Katanya calon suami, kenapa nggak percaya sama calon istri?"

Amira segera menutup mulut dengan satu tangannya ketika menyadari dua hal. Hal pertama, Amira baru sadar kalau dirinya menyebut nama Adiaksa tanpa mengundang rasa sakit yang pernah membuatnya terpuruk. Hal kedua, Amira baru sadar kalau dia menyebut dirinya sendiri sebagai calon istri Titan.

"Apa ini tandanya gue udah bisa move on? Apa gue mulai bisa menerima Titan? Tapi kenapa saat gue bisa menerima Titan, dia malah begini?"

Amira mengusap wajahnya kasar. Entah mengapa rasanya tidak ingin Titan mendiamkannya. Amira rindu kejahilan Titan.

***

Amira menghentikan motornya di depan outlet lamanya. Beberapa saat Amira diam, mempersiapkan diri untuk masuk ke dalam. Amira tau dia akan berhadapan dengan seseorang yang pernah membuat hari-harinya dulu seperti di neraka, siapa lagi kalau bukan Demian.

Amira memantapkan langkahnya masuk ke dalam outlet. Tujuan utamanya adalah bertemu Titan. Apapun yang akan terjadi, dirinya yakin Titan tak akan membiarkannya disakiti Demian.

Saat Amira memasuki outlet lamanya, seseorang menatapnya kaget dan tidak percaya. Orang itu mendekat dan membuat nyali Amira sedikit menciut.

"Lo ngapain ke sini?" Tanya cowok yang dulu pernah ingin menjadi bagian dari hidup Amira itu.

"Gue mau ketemu pak Titan" jawab Amira.

"Mau ngapain? Mau ngrayu pak Bos biar di bantu pindah outlet lagi?" Demian tersenyum sinis .

"Maksud Lo apa?" Amira menatap Demian tidak mengerti.

"Lo baru putus kan sama manager di outlet Lo? Terus sekarang Lo mau minta pindah dengan cara ngrayu pak bos Titan biar Lo bisa dengan mudah dapet ACC kantor!" Tuduh Demian.

'Dari mana dia tau gue abis putus?' batin Amira 'Gue jadian aja gue nggak pernah bilang-bilang'

"Atau Lo ke sini mau ngrayu pak bos buat jadi pacar Lo?"

Tuduhan Demian membuat hati Amira gerah. Emosi Amira mulai membara. Kali ini bukan tangisan yang diluapkannya, tapi sebuah dorongan untuk menampar cowok di depannya itu.

PLAAKKK!!!

"Jangan sok tau tentang hidup gue!"

Tamparan Amira sukses membuat pipi Demian merah. Demian mengepalkan tangan menahan luapan emosi.

PLAAKKK!!!

Amira [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang