Accident

291 20 0
                                    

"Amira!!!!" Pekik Adiaksa.

Tapi terlambat, sebuah mobil menghempaskan tubuh Amira kencang. Amira tergeletak tak berdaya di aspal jalanan taman. Tanpa aba-aba Adiaksa segera menghampiri Amira dan menggendongnya menuju mobilnya yang terparkir tak jauh dari taman itu.

Adiaksa segera memacu mobilnya menuju klinik terdekat. Dirinya tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk pada Amira. Dalam waktu 15 menit mobil Adiaksa telah sampai di depan IGD sebuah klinik. Adiaksa segera menggendong tubuh Amira masuk IGD. Perawat membantu Adiaksa menidurkan Amira di brankar kemudian menyuruh Adiaksa menunggu di luar ruangan.

Adiaksa menunggu di ruang tunggu IGD. Adiaksa segera menghubungi orang tua Amira. Usai menghubungi orang tua Amira, Adiaksa duduk di tempat duduk ruang tunggu. Adiaksa sangat mencemaskan keadaan wanita yang masih sangat dicintainya itu. Adiaksa mengacak rambutnya kasar.

"Sampai terjadi apa-apa sama Amira, gue nggak bisa maafin diri gue sendiri!" Ujarnya frustasi.

Tak berapa lama papa dan mama Amira sampai di klinik karena memang jarak rumah Amira dan klinik tidak terlalu jauh.

"Aksa!" Panggil mama Amira membuat Adiaksa menoleh ke arah asal suara.

Adiaksa berdiri menyambut orang tua Amira yang datang dengan raut muka terlampau cemas.

"Dimana Amira?" Tanya mama Amira panik.

"Masih di periksa di IGD, Ma" jawab Adiaksa sembari menunduk.

"Kok bisa sampai begini sih, Sa?" Tanya papa Amira.

"Maafin Aksa pa, ma. Aksa yang ajak Amira keluar. Amira tadi mau nyebrang, terus ada mobil yang nabrak dia. Maafin Aksa nggak bisa jaga Amira" Adiaksa mulai menangis. Rasa bersalah menggerogoti perasaannya.

Mama Amira memeluk Adiaksa membuat perasaan Adiaksa sedikit lebih tenang "Jangan salahin diri kamu, Sa. Amira pasti baik-baik aja" ujar mama Amira menenangkan Adiaksa.

***

Pagi menjelang, Amira sudah di pindah ke kamar rawat inap. Adiaksa masih menemani mama Amira menjaga Amira yang sampai kini belum membuka mata. Adiaksa duduk di sofa tunggu, sedangkan mama Amira duduk di kursi samping brankar Amira. Sesekali tangan wanita baya itu membelai lembut wajah anak sulungnya itu.

Semalam dokter yang menangani Amira mengatakan Amira hanya shock, dan tidak ada luka serius. Tinggal menunggu Amira sadar dan stabil. Penyataan dokter itu membuat perasaan Adiaksa lebih tenang sekarang.

"Jam berapa ini, Sa?" Tanya mama Amira.

Sekilas Adiaksa melihat jam di tangannya "Jam 10, ma!" Jawab Adiaksa.

"Kamu nggak kerja?" Tanya mama Amira lagi.

"Ijin, ma. Aksa nggak bisa tenang kalo belum lihat Amira sadar" jawab Adiaksa.

Mama Amira beranjak mendekati Adiaksa kemudian duduk di samping lelaki yang telah di anggap seperti anaknya sendiri.

"Kamu masih sayang Amira?" Tanya mama Amira tiba-tiba.

Adiaksa menatap mama Amira yang telah menatapnya lebih dahulu. Tanpa dijawabnya pun pasti mama Amira sudah tahu jawabannya lewat mata Adiaksa.

"Aksa selalu sayang sama Amira, ma" jawab Adiaksa jujur.

"Tapi kamu tahu kan kalo Amira sebentar lagi menikah?"

Amira [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang