Amira berlari menyusuri lorong rumah sakit disusul Titan di belakangnya. Hatinya tidak tenang setelah mendapat telepon dari Wibi kalau kondisi papanya drop. Amira ingin segera bertemu papanya.
Sampai di depan ruang ICU, mamanya, Ema, Wibi, Rizka, dan Dea berkumpul di depan pintu. Amira bergegas mendekati mereka.
"Papa gimana?" Tanya Amira entah ditujukan kepada siapa.
Mama Amira dan Ema tidak menjawab, mereka terisak. Rizka terlihat sedang menenangkan Dea yang shock.
"Masuk, Mir. Om Hermawan nunggu elo!" Pinta Wibi.
Tanpa pikir panjang, Amira masuk uang ICU untuk bertemu papanya. Terlihat wajah papanya semakin pucat, dan nafasnya tersengal-sengal.
"Papa!" Panggilnya pelan tepat di samping papanya.
Mata papa Amira tetap tertutup rapat, tapi nafasnya makin tak beraturan menandakan dia tahu kehadiran Amira.
"Papa cepet sembuh, Mira kangen papa. Papa kangen Mira juga kan?"
Amira bisa melihat dari sudut mata papanya mengalir bulir bening. Dia merespon kata-kata Amira. Amira tersenyum getir.
"Kalo kangen bangun dong, pa! Amira pengen cerita banyak hal"
Amira menggenggam tangan papanya. Tanpa di sangka tangan papa Amira merespon, dia ikut menggenggam tangan anak sulungnya itu. Amira melebarkan senyumnya. Apakah ini pertanda baik?
"Pa, papa harus kuat ya? Demi mama, Ema, juga Mira. Papa.."
Tiba-tiba genggaman papa Amira semakin kuat. Nafas papanya semakin tak beraturan.
Tiiiiiiiiiiitttt. .
Layar di samping papa Amira menunjukkan garis lurus. Perlahan genggaman tangan papa Amira merenggang. Nafas papa Amira tidak menggebu lagi, bahkan berhenti. Amira mematung, air matanya deras menetes tanpa isakan.
"Nggak mungkin!" Gumam Amira.
"Papa! Papa denger Mira? Papa nggak boleh ninggalin Mira, pa! Papa nggak boleh ninggalin kita!" Amira histeris sembari mengguncangkan tubuh papanya.
"Papa nggak boleh pergi! Papa bangun!" Teriak Amira kesetanan "Papa!"
Titan masuk ruang ICU, mencoba menarik Amira keluar dari ruangan.
"Mir!" Titan menarik tubuh Amira yang masih mencoba membangunkan papanya.
"Lepas, Tan! Papa harus bangun, papa harus sembuh!" Amira menepis tangan Titan.
"Mir, ini jalan papa. Papa udah sembuh!" Titan tidak tega melihat kerapuhan istrinya.
"Pa, bangun! Mira mohon bangun, pa!"
Titan menarik paksa tubuh Amira keluar ruangan itu. Amira meronta, menangis dan histeris. Di luar, Ema tampak histeris di pelukan Wibi. Bahkan mama Amira terkulai lemas di kursi roda.
Amira terisak hebat dalam pelukan Titan. Kali ini dia tidak bisa menutupi kesedihannya. Dia tidak bisa berpura-pura tegar lagi. Dia kehilangan seseorang yang sangat berarti dalam hidupnya.
***
Pagi itu begitu cerah, tapi tak secerah suasana keluarga Amira. Mereka sedang berduka kehilangan sok-sok kebapakan yang menjadi panutan anak-anak, bahkan para keponakannya.
Amira dan Ema menabur bunga di atas makam bertuliskan nama papa mereka dengan isak tangis. Mama Amira masih terkulai lemas di kursi roda. Pemandangan memilukan dari keluarga yang sedang kehilangan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Amira [ COMPLETED ]
RomantizmJodoh itu di tangan Tuhan... Of course... Cinta tak harus memiliki... Munafik.. Cinta akan tumbuh karena terbiasa... Oh ya? Amira memiliki kisah cinta yang indah, punya pacar yang tampan, baik, dan pengertian. Sampai suatu hari Amira bertemu dengan...