Putus

369 21 0
                                    

Sudah dua Minggu Amira tak menghubungi Afin. Pun Afin tak berani menghubungi Amira. Takut Amira masih marah padanya.

"Lo kenapa sih Fin? Galau mulu!" Tanya Gunan, lelaki bertubuh sedang dengan rambut sedikit gondrong itu duduk di bangku depan Afin.

"Udah 2 Minggu Amira marah sama gue" Afin tampak sedih.

"Gara gara Lo anter Elsa waktu itu?" tanya Gunan.

Afin mengangguk lemah sembari menghela nafas kasar.

"Yaelah, kan lo nolongin temen sekelas. Kenapa segitunya sih? Lebay banget Amira. Dari SD tuh dia lebay gitu! Nggak berubah!" Gunan ikut kesal.

"Entahlah! Gue udah berusaha menjelaskan tapi dia masih emosi, sampai sekarang gue nggak berani ketemu dia. Takut dia masih emosi, terus tambah marah." Afin menundukkan kepalanya.

"Sabar, Fin. Coba Lo temuin lagi nanti! Elo nggak mau bilang  ke Amira tentang PKL kita ke Bali?" Gunan menyodorkan kertas pengumuman PKL mereka 1 Minggu lagi.

Afin menerima kertas itu, memutar mutarkan di tangannya.

"Kita lama loh disana, paling cepet 3 bulan. Lo yakin nggak mau memperbaiki situasi Lo sama Amira dulu? Dari pada jadi pikiran waktu PKL" saran Gunan.

' Amira masih marah nggak ya? Kalo tau gue mau PKL jauh, dia gimana? Kita kan belum pernah jauh sebelumnya ' fikir Afin.

"Okey, gue coba jemput Amira pulang sekolah" Afin tersenyum "makasih ya, Gun"

Gunan mengangguk sembari menepuk pundak Afin.

***

Amira berjalan keluar dari sekolahnya, di depan gerbang tampak seseorang yang sangat di kenalnya. Segera dihampiri orang itu dengan muka datar.

"Kenapa kesini?" Tanya Amira datar.

"Jemput kamu" jawab Afin.

"Kok nggak kasih kabar sebelumnya?" Amira masih dengan nada datarnya.

"Mir, kita harus bicara. Kita nggak bisa terus begini." Nada Afin sedikit memohon.

"Jangan disini" Amira mengedarkan pandangan "banyak orang".

"Okey. Ikut aku!" Afin menghidupkan motornya. Amira naik di jok belakang kemudian Afin memacu motornya meninggalkan sekolah Amira.

Di danau, tempat biasa Afin dan Amira menghabiskan waktu senggang mereka, keduanya duduk menghadap danau. Beberapa menit lamanya mereka terdiam satu sama lain. Sampai akhirnya Afin buka suara lebih dulu.

"Maafin aku, Mir. Mungkin gede banget salah yang aku buat, sampai kamu Semarah itu sama aku. Aku bener-bener minta maaf." Afin menghela nafas sebelum melanjutkan kata-katanya "sekarang terserah kamu, mau dibawa kemana hubungan kita ini".

"Fin, kamu tau kan bagi aku komunikasi itu penting? Kamu nggak tau seberapa khawatir aku waktu itu. Bahkan 2 Minggu kamu bisa tanpa kabar dari aku, 2 Minggu aku menunggu kabar dari kamu!" Amira sudah mulai tenang, bukan Amira yang penuh amarah seperti waktu itu.

Afin terfokus dengan kalimat terakhir Amira. 'Dia nunggu kabar dari gue, sedangkan gue takut menghubunginya lebih dulu. Bodoh apa tolol sih gue?!' batin Afin.

"Ya, aku tau itu. Aku cuma terlalu pengecut untuk memulai," Afin mengambil selembar kertas yang tadi diberikan Gunan kepadanya lalu di berikannya ke Amira "ini!".

Amira [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang