Hari ini Amira mulai bekerja lagi, setelah 3 hari ijin karena kejadian di kafe tempo hari.
Usai menyimpan tas dan jaketnya di loker karyawan, Amira masuk area kerjanya. Di lihatnya Sani sedang membersihkan salah satu rak di sudut outlet. Di hampirinya wanita yang sudah hampir 2 tahun menjadi temannya itu.
"San!" Panggil Amira
Sani mendongakkan wajahnya sekilas, lalu kembali fokus dengan pekerjaannya.
"Ada apa?" Tanya Sani singkat.
'Aneh. Nggak biasanya Sani seketus ini' batin Amira heran.
"Emmm. Hari ini kita cuma berdua?" Tanya Amira mencoba berbasa-basi.
"Hemm!" Sani seperti enggan berbicara pada Amira.
Amira menautkan kedua alisnya. Heran dengan sikap Sani yang berbeda. Biasanya Sani selalu sok akrab , bahkan kepo maksimal, apalagi setelah kejadian Amira di tembak Demian tempo hari, biasanya Sani akan dengan semangat 45 bertanya apapun yang dia ingin ketahui. Kali ini Sani seperti orang sedang marah pada Amira.
"San, gue minta tolong ambilin nota bulan kemaren di gudang dong!"
Tiba-tiba suara yang kini menjadi suara paling ditakuti Amira terdengar. Sok-sok itu muncul dari balik pintu ruang manager.
"Kak Demian" gumam Amira.
Demian menatap sekilas Amira lalu mengalihkan perhatiannya pada Sani.
"San, cepetan! Ditunggu pak bos tuh!"
"Iya-iya! Ini juga baru mau berdiri" Sani beranjak kemudian berlalu menuju gudang.
Demian menuju meja kasir kemudian duduk di kursi kasir seperti mencari sesuatu. Entah apa yang dia cari. Atau dia hanya mencari kesibukan untuk menghindari Amira.
"Nyari apa kak? Bisa aku bantu?" Tanya Amira sembari mendekat.
Bukan jawaban, malah tatapan tajam dari Demian yang Amira dapatkan. Mata yang dulu selalu menatap Amira teduh, kini menatapnya penuh amarah.
'Sesakit itukah hatimu, kak?' Amira menundukkan kepalanya. Rasa takut meliputi hati Amira kini. Takut akan cacian, makian, dan tuduhan lagi.
"Lo mending jauhin gue!" Kata Demian ketus.
Amira memberanikan diri menatap Demian. Pria itu masih menatap tajam Amira.
"Kak, gue minta maaf..." Suara Amira bergetar. Entah karena menahan tangis, atau karena takut.
"Nggak perlu! Gue nggak butuh!" Demian beranjak dari meja kasir kemudian menyusul Sani ke gudang.
Amira menunduk lesu, matanya berkaca-kaca. Entah sebesar apa kesalahannya pada Demian, hingga pria itu sangat membencinya kini. Bahkan Sani, yang di harapkan Amira bisa menjadi perantara dirinya dengan Demian, kini ikut menjauhinya. Amira seperti orang asing sekarang, padahal dia bekerja di outlet sudah hampir 2 tahun. Baru sekarang dia merasakan keterasingan yang luar biasa.
***
Sudah hampir 1 Minggu Amira merasakan keterasingan di tempat kerjanya. Ini membuat Amira menjadi sangat-sangat tidak betah berlama-lama di outlet.
Hal itu yang membuat Amira akhir-akhir ini selalu datang terlambat, dan pulang lebih cepat dari jam yang di tentukan untuk pekerja part time.
Tok tok tok
Amira Mengetuk ruangan managernya. Pikirannya kalut. Amira mulai merasa tidak nyaman dengan suasana dalam outletnya. Ruangan yang di ketuknya ini adalah solusi terakhir, setelah segelintir usahanya memperbaiki hubungannya dengan Demian juga Sani.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amira [ COMPLETED ]
RomanceJodoh itu di tangan Tuhan... Of course... Cinta tak harus memiliki... Munafik.. Cinta akan tumbuh karena terbiasa... Oh ya? Amira memiliki kisah cinta yang indah, punya pacar yang tampan, baik, dan pengertian. Sampai suatu hari Amira bertemu dengan...