Amira sedang membersihkan meja kasir ketika Rizal menghampirinya. Amira menghentikan kegiatannya ketika menyadari seseorang sedang memperhatikan dirinya. Amira menatap Rizal penuh tanya.
"Ada apa Zal?" Tanya Amira.
"Kamu pacaran sama Titan?" Rizal bertanya balik.
"Enggak, Rizal! Harus berapa kali gue bilang sih?" Amira memutar bola matanya jengah.
Memang benar di antara Titan dan Amira tidak ada pernyataan bahwa mereka pacaran kan?
"Terus kenapa kayanya sekarang kamu sering banget di antar jemput Titan?" Rizal masih penasaran.
"Masa sih? Enggak juga!" Amira berusaha berdalih.
"Aku udah kasih warning ke kamu ya, Mir! Titan itu brengsek, dia suka mainin cewek! Jangan mau jadi pacar Titan!"
"Cukup, Zal! Daripada Lo jelek-jelekin orang lain, mending Lo instrospeksi diri Lo dulu deh!"
Amira beranjak dari meja kasir menuju ruang loker. Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam. Amira segera berkemas untuk pulang.
Baru Amira melangkah keluar dari ruang loker, Amira tertegun dengan kehadiran seorang pembeli yang sangat familiar baginya. Orang itu tengah berbincang hangat dengan Rizal. Orang yang pernah singgah lama di hati Amira beberapa waktu lalu.
"Aksa" gumam Amira.
Adiaksa dan Rizal menoleh bersamaan kearah Amira. Adiaksa kaget melihat sok-sok wanita yang dulu amat dicintainya berada di hadapannya.
"Kalian saling kenal?" Tanya Rizal sembari memandang Amira dan Adiaksa bergantian.
"Oh, iya, kita kenal! Amira ini..."
"Kita temen satu sekolah waktu SD, Zal!" Amira memotong omongan Adiaksa.
Adiaksa menatap Amira seakan bertanya 'Apa hanya temen sekolah aja?'. Sedangkan Rizal hanya ber-oh ria mendengar jawaban Amira.
"Maaf, gue balik dulu!" Pamit Amira.
Amira baru beberapa langkah keluar dari outletnya ketika tangan hangat itu menarik lengannya untuk menghentikan langkahnya.
Amira berbalik. Adiaksa berada tepat di hadapannya kini. Manik hitam mereka saling bertemu. Keduanya menyuarakan sebuah rasa yang sudah jauh terkubur masa. Amira merasa hebat kali ini. Dia tidak menangis lagi ketika bertemu dengan Adiaksa. Dulu, menyebut namanya saja hatinya sungguh tak sanggup.
"Mau apa lagi?" Tanya Amira datar sembari melepaskan lengannya dari tangan Adiaksa.
"Lo pindah outlet?" Adiaksa balik bertanya.
"Iya!" Jawab Amira singkat sembari mengalihkan pandangannya.
"Kenapa pindah? Lo putus sama Demian?" Adiaksa tersenyum sinis.
Seketika Amira menatap tajam Adiaksa "Gue emang pindah outlet karena Demian, tapi bukan karena gue putus sama Demian!"
"Terus karena nggak dibolehin pacaran satu outlet gitu?"
Amira mulai geram dengan Adiaksa. Ternyata Adiaksa tak pernah berubah. Adiaksa selalu menuduh Amira tanpa bukti dan klarifikasi.
"Lo dulu pernah bilang gue tukang tuduh, tapi nyatanya Lo sendiri yang tukang tuduh!" Ujar Amira sambil menahan emosinya.
"Nyatanya?" Adiaksa kembali tersenyum sinis.
"Cukup! Lo nggak perlu urusi gue dan masa lalu kita lagi. Lo udah bahagia kan sama Lola? Lo harus jaga dia!" Amira menepuk bahu Adiaksa kemudian beranjak meninggalkan Adiaksa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Amira [ COMPLETED ]
RomanceJodoh itu di tangan Tuhan... Of course... Cinta tak harus memiliki... Munafik.. Cinta akan tumbuh karena terbiasa... Oh ya? Amira memiliki kisah cinta yang indah, punya pacar yang tampan, baik, dan pengertian. Sampai suatu hari Amira bertemu dengan...