Bertepuk Sebelah Tangan

297 19 0
                                    

Demian gelisah menunggu seseorang di sebuah cafe. Berulangkali Demian mengetuk-ngetukkan jemarinya di atas meja. Sesekali kepalanya celingukan, berharap sok-sok yang dinantinya segera muncul.

Demian menghela nafas kasar. Dilihat jam ditangannya sudah menunjukkan pukul 8. Sudah 1 jam Demian menunggu.

'Dia datang nggak sih?' batin Demian gusar.

Demian memainkan hpnya. Berusaha menghilangkan rasa gusar, gelisah, bosan menunggu, dan rasa-rasa lain yang membuat hatinya tidak enak.

Tiba-tiba seseorang memegang pundaknya dari belakang, membuat Demian tersentak kaget.

"Kak! Udah lama?" Tanya wanita yang kini sukses membuat Demian tersenyum lega.

"Lumayan! Kok lama?" Tanya Demian.

"Tadi gue nunggu mama pulang arisan dulu, biar Ema ada temennya. Maaf, ya?" Amira menangkupkan kedua tangannya seperti memohon.

Ya, orang yang di tunggu Demian sedari tadi adalah Amira. Wanita yang semalam ditembaknya, tapi belum memberi jawaban. Dan malam ini Demian ingin mendengar jawaban itu langsung.

"It's okey! Mau pesen makan?" Tawar Demian.

"Enggak kak. Gue udah makan di rumah tadi sama Ema" tolak Amira.

"Ooh, yaudah. Kalo gitu minum aja ya?"

Amira mengangguki tawaran Demian kali ini. Demian segera memanggil pelayan dan memesankan coklat panas kesukaan Amira.

"Jadi, ada apa kak gue disuruh kemari?" Tanya Amira memulai percakapan serius.

"Emmm... Mengenai pertanyaan gue malem kemaren, udah dipikirkan, Mir?" Tanya Demian ragu.

"Udah!" Amira mengangguk mantap.

Demian mengembangkan senyumnya. Ekspresi antusias Amira membuatnya optimis.

"Terus? Boleh nggak gue tau jawabannya malam ini?" Tanya Demian sedikit lebih tenang.

Baru Amira akan membuka mulutnya, pelayan datang dengan membawakan coklat panas pesanan Amira.

"Silahkan, mbak!" Pelayan itu mempersilahkan sembari meletakkan coklat di hadapan Amira.

"Makasih!" Amira tersenyum pada si pelayan lalu menatap Demian.

"Minum dulu aja, mumpung masih panas!" Kata Demian sembari tersenyum.

Amira mengangguk. Sejurus kemudian menyeruput coklat panas kesukaannya. Beberapa waktu Amira menikmati rasa dan aroma coklat yang dapat menentramkan perasaanya sebelum akhirnya kembali fokus pada pembicaraannya dengan Demian.

"Oke, kita mulai lagi pembicaraan ini" kata Amira sembari tersenyum.

"Oke! Lebih cepat lebih baik!" Demian menyedekapkan tangannya diatas meja sembari menatap Amira serius.

Amira menghela nafas beberapa kali. Bingung harus memulai semua dari mana.

"Jadi, gue udah nentuin, kalo kita...." Amira menggigit bibir bawahnya sembari Menatap Demian.

'Semoga ini benar. Semoga jawaban ini adalah yang terbaik untuk semuanya' batin Amira memantapkan hatinya.

"Kita..." Lagi-lagi Amira menghentikan kata-katanya.

Demian menunggu Amira meneruskan kata-katanya dengan serius.

"Kita nggak bisa pacaran, kak!" Kata Amira akhirnya.

Demian menatap Amira tidak percaya.

"Kenapa enggak?" Tanya Demian.

"Gue udah anggep kak Demian sebagai kakak gue sendiri, rasa sayang gue ke kak Demian cuma sebatas sayang seorang adik sama kakaknya" jelas Amira.

Amira [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang