Libur semester 4 kuliah Amira dimulai. Ini adalah waktu dimana Amira akan mulai teringat sakit hatinya lagi karena kesenggangan waktunya. Amira harus benar-benar cari kesibukan agar tidak teringat tentang Adiaksa lagi.
Main kemanapun, sama siapapun, akan Amira iya-in hanya untuk cari kesibukan. Sama temen SMA, temen kuliah, Demian, atau siapapun itu. Hanya 1 yang tidak Amira iya-in. Mengantar Ema les renang. Tapi kata Ema, Adiaksa lama tidak mengajar. Ah! Entah apapun itu Amira tidak ingin mendengar semua hal tentang cowok itu saat ini.
"Mir, besok mau maen lagi nggak? Lo libur kerja kan? Gue sift pagi lagi besok. Gue anter kemanapun Lo mau" kata Demian antusias.
Amira melihat kalender di meja kasir. Amira seperti mengingat-ingat sesuatu.
"Oh, iya!" Amira menepuk jidat "Besok Afin pulang. Gue nggak bisa maen kak. Gue harus jemput Afin di bandara" Tolak Amira.
"Hadeh, cowok kacamata itu lagi!" gumam Demian yang masih bisa di dengar Amira.
"Dia itu udah gue anggep kaya Abang gue sendiri, kak!" Amira menjelaskan.
"Iya, iya! Lagian kenapa sih harus dijemput? Dia kan udah gede, udah bisa pulang sendiri" Demian sewot.
"Lo itu pacar Amira bukan, bapak Amira juga bukan, sewot aja sih! Suka-suka dia lah mau jemput cowok kek, mau pacaran sama yang kacamata itu kek!" Sani berceloteh tak kenal keadaan.
"Bawel banget sih Lo!" Demian kesal. Tapi sepenuhnya omongan Sani benar. Dia bukan siapa-siapa Amira.
'Gua nggak bisa gini terus, gue harus jadiin Amira milik gue. Nggak bisa gue cemburu tanpa hak kaya gini terus!' batin Demian sembari mengarahkan pandangannya pada Amira yang sedang asyik bebenah meja kasir.
***
Demian sengaja menunggu Amira di depan outlet sampai pukul 8 malam, waktu dimana Amira pulang kerja. Padahal seharusnya Demian sudah pulang dari jam 5 sore tadi. Dia ingin mengungkapkan perasaannya pada Amira. Terlihat Amira keluar dengan motor maticnya. Demian mengisyaratkan Amira untuk berhenti.
"Loh kok masih di sini kak?" Amira terkejut melihat Demian.
"Nungguin Lo pulang kerja" jawab Demian sembari tersenyum.
"Emangnya ada apa?" Amira mengernyitkan keningnya.
"Gue mau bilang sesuatu" Demian menatap dalam Amira "bisa turun dulu?"
Amira mengangguk lalu turun dari motornya. Amira menatap penasaran Demian.
"Ada apa, kak?"
Demian meraih tangan Amira. Amira terbelalak dengan perlakuan Demian. Amira jadi sangat gugup. Jantungnya berdebar, pikirannya penuh tanya apa yang Demian akan lakukan.
"Gue nggak tau ini bener apa enggak. Gue juga nggak tau ini kecepetan apa enggak. Gue mau bilang...." Demian menghela nafas "gue.. gue suka sama Lo. Gue sayang sama Lo".
Amira menelan salivanya. Perasaannya menjadi tak karuan. Amira tak bisa berkata-kata.
'apa ini salah satu cara Tuhan buat gue bisa move on dari Adiaksa? Tapi gimana kalo gue sakit hati lagi? Gue nggak kuat kalo harus ngrasain sakit hati lagi' batin Amira.
Amira masih trauma akan sakit hatinya. Amira akui, sangat sulit baginya membuka hati lagi setelah semua kesakitan yang melandanya beberapa waktu lalu.
"Gue tau Lo abis patah hati teramat dalam, tapi gue janji, gue bakal bahagiain elo. Gue janji, gue nggak akan bikin sakit hati Lo" Demian berlutut di depan Amira "Mir, lo mau kan jadi pacar gue?".
KAMU SEDANG MEMBACA
Amira [ COMPLETED ]
RomansJodoh itu di tangan Tuhan... Of course... Cinta tak harus memiliki... Munafik.. Cinta akan tumbuh karena terbiasa... Oh ya? Amira memiliki kisah cinta yang indah, punya pacar yang tampan, baik, dan pengertian. Sampai suatu hari Amira bertemu dengan...