03

960 125 38
                                    

Sebuah mimpi membangunkan sooyoung dari tidur.

Ia fikir jika ia sudah mati sekarang, tapi saat membuka mata, ia berada disebuah ruangan dengan selang infus yang terhubung dengan vena nya.

Rumah sakit.

Iya yakin jika rencana nya untuk mengakhiri hidup gagal.

"Kau sudah bangun?"
Tanya seseorang yang ternyata duduk di sofa sebelah tempat tidurnya.

"Siapa kau?"

"Begitukah caramu berterimakasih setelah aku menyelamatkan hidupmu?"

Sooyoung menajamkan tatapannya.

"Aku tidak pernah meminta hal itu" balasnya dingin.

Sungjae kehilangan kata-kata, percuma berparas cantik jika mulutnya pedas. Ia menyesalkan hal itu.

"Woahh! Kau benar-benar lebih gila dari dugaanku. Seharusnya aku membiarkanmu mengapung saja di dinginnya sungai Han"

Sooyoung tidak berniat lebih lama meladeni kicauan sungjae. Ia harus pergi.

"Ya! Sedang apa kau?" teriak sungjae melihat sooyoung melepas paksa selang infus yang ada dilengannya hingga megeluarkan darah.

"Kau gila!" bentaknya kembali.

Sooyoung menulikan telinga nya, ia memilih tertatih turun dari tempat tidur lalu berjalan gontai keluar.

"Shit!" rutuk sungjae berlari mengejar sooyoung.

"Hey! Berhenti disana!" teriak sungjae membuat sedikit kegaduhan di lorong-lorong rumah sakit hingga pintu keluar.

"Lepaskan tanganmu!" bentak sooyoung saat sungjae berhasil menahan lengannya.

"Dimana otakmu? Setidaknya berbicara lah dengan benar lalu pergi. Beginikah cara orang tuamu mengajarkanmu hidup?"

Sooyoung tersindir. Orang tua? Hah- ia dibuang di pinggir jalan hingga hidup menggembel.

"Aku tidak memiliki hal semacam itu jadi lepaskan!!" delik sooyoung. --"Lepaskan aku!!" sooyoung kembali berteriak kala sungjae tak berniat melepas lengannya. Pertengkaran mereka membuat beberapa orang yang berlalu lalang mulai memperhatikan.

'Ah sial, orang-orang mulai berkerumun'

Saat beberapa orang mulai berbisik, sungjae sadar jika ia berada dalam masalah. Tidak benar jika ia harus berlama-lama dengan gadis ini.

Tanpa lagi berkelit, sungjae melepaskan genggamannya lalu pergi meninggalkan sooyoung.

...

Gadis itu sekarang merasa kacau, ia melangkah menyusuri jalanan dengan pakaian rumah sakit. Seharusnya ia sudah tidak lagi bernafas sekarang tapi setidaknya ia akan merasa jauh lebih baik.

"Astaga! Apa yang terjadi? Aku mencarimu sejak kemarin. Kau mematikan ponselmu bahkan tidak masuk kerja" wendy terjekut melihat sooyoung yang berjalan gontai saat berniat masuk kedalam rumahnya.

"Eonni, apa yang kau laku-"

"Gadis bodoh! Aku menghawatirkanmu. Aku seperti anjing yang kehilangan tuannya dengan mencarimu kemana-mana. Dan apa ini? Kenapa kau memakai pakaian rumah sakit? Apa yang terjadi?"

Sooyoung menangis mendengar wendy yang menggerutu karena tingkahnya.

Ya, seharusnya ia berpamitan terlebih dahulu dengan sahabatnya. Pantas tuhan belum mengizinkan ia mati, mungkin karena perempuan ini. Karena sooyoung belum sempat mengucapkan maaf dan terimakasih pada malaikat penolongnya.

Beautiful Wind | Bbyu Vol.3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang