Sungjae menulikan telinga nya. Berkali-kali ponselnya bergetar menerima panggilan dari banyak orang.
"Kau yakin jika sohyun tidak mengandung anakmu?" suara sooyoung tiba-tiba muncul di rungu nya.
Sungjae menghembuskan nafas kasar.
Lagi, dan lagi.
"Kau ingin aku mengulang cerita?"
"Ck! Pertanyaanku selalu kau balas dengan pertanyaan" delik sooyoung.
'Karena apapun jawabanku terhadap pertanyaanmu akan selalu menjadi ragu pada akhirnya' - balas sungjae membatin.
"Kau baik-baik saja?" tanya sungjae terheran saat sooyoung semakin mendekat kearahnya.
"Kau sakit? Mengapa pucat sekali?" Sungjae terperanjat mengambil langkah memastikan penglihatannya tak salah.
"A-apa maksudmu? Aku baik-baik saja" balas sooyoung terbata.
"Yya! Bagaimana kau baik-baik saja. Badanmu panas" Sooyoung ikut memeriksa keningnya.
Memang benar, suhu badannya tidak seperti biasa, mungkin karena baru saja ia memuntahkan isi perutnya hingga dasar lambung.
"Aku hanya demam, bukan masalah besar"
"Kita pergi ke rumah sakit""Dengan keadaan seperti ini? Saat kau menjadi buronan media? Ck, aku tak ingin menjadi sorotan banyak kamera"
Sungjae tak dapat menjawab. Perkataan sooyoung memang benar adanya.
Hingga saat dimana ia dan sohyun menggelar konferensi pers. Media tak akan berhenti memburu nya.
"Baiklah, tunggu hingga dokter datang kemari. Aku akan memin--" / "sudahlah. Aku baik-baik saja, aku hanya butuh istirahat. Menonton televisi dengan berita buruk tentang rumah tanggaku membuat keadaan ku menjadi seperti ini" penggal sooyoung.
Sungjae mengulum bibirnya. Seketika ia merasa bersalah atas segala hal yang terjadi.
"Maafkan aku" cicitnya.
Sooyoung tersenyum. Keaadan memang sedang tak baik, termasuk kondisi tubuhnya. Namun tidak dengan hatinya, hati nya semakin menghangat seiring waktu.
"Aku ingin istirahat" ungkap sooyoung tak menanggapi rasa sesal suaminya. "Aku ingin istirahat, dengan lenganmu sebagai alas nya" tambahnya kemudian.
Sungjae yang tertegun seketika tersenyum lebar. Ia tau, malam nya akan lebih hangat dari malam sebelumnya.
...
"Kau yakin dengan semua ini, dude?" peniel menatap tajam lawan bicara nya pagi ini.
Ya, ini masih pagi. Tapi keadaan perusahaan sudah semakin kacau dari sebelumnya. "Menurutmu, apa lagi yang bisa aku lakukan?"
"Argh!!!!" teriak peniel yang sontak membuat sungjae terkejut.
"Yyakk!! Kau gila? Kau membuatku terkejut"
Peniel mengkerutkan kedua alisnya. Bagaimana mungkin yook sungjae begitu santai menghadapi semua permasalahan yang sedang terjadi.
Biar ia ingat, memang ini bukan kali pertamanya sungjae berulah di perusahaan. Mengingat ia menduduki jabatan di usia yang masih muda, sudah tentu akan banyak masalah timbul dari perbuatannya.
Tapi kali ini, hanya kali ini. Peniel yakin jika masalah tak dapat tuntas dengan mudahnya seperti yang biasanya terjadi.
Divisinya di cekal habis-habisan. Seluruh anak buahnya meradang karena terancam akan kehilangan pekerjaan. Citra seorang yook sungjae, pengusaha muda nan sukses seketika jatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Wind | Bbyu Vol.3
Fanfiction"Aku tidak memiliki warna lain dalam hidupku, hanya hitam yang kelam. Jika boleh aku bertanya, akan ku utarakan hal itu pada tuhan -Mengapa aku diciptakan, jika seluruh garis di telapak tanganku hanya sebuah penyesalan-. Hingga akhirnya sebuah harap...