Incheon Airport, satu tahun lalu.
Park sooyoung dengan baju tertutupnya berjalan ke arah laki-laki berkemeja putih dengan masker yang menutupi dagu serta mulutnya. "Kau sudah siap?". Tanya nya lalu di iyakan oleh Sooyoung.
Dan hari itu, Park sooyoung melanggar janji yang disanggupinya pada Yook sungjae, ia pergi tanpa pamit meninggalkan Korea. Butuh belasan jam bagi Sooyoung mengudara untuk tiba di Negara tujuannya ini.
Maryland-AS, adalah sebuah negara di Amerika Serikat bagian timur laut, tempat dimana ia akan mengasingkan diri sementara berusaha mempertahankan hidupnya.
Park sooyoung berdiri menunggu dua orang lainnya datang setelah mengecek barang mereka. Ia melirik Kim hanbin yang sedari tadi sibuk dengan ponselnya, juga wendy yang terlihat teliti memeriksa sesuatu.
Benar, wendy memaksa ikut kemanapun sooyoung pergi. Ia bersumpah akan memberitahu Yook sungjae dan akan memusuhinya seumur hidup jika tak di izinkan. Hingga disinilah mereka bertiga, membuntuti Kim hanbin dengan kegilaannya pada Amerika Serikat.
"Sudah semua?". Tanya hanbin pada sooyoung juga wendy. Kedua perempuan itu mengangguk mengiyakan sebelum masuk kedalam mobil menuju tempat baru mereka.
.
Satu hari, satu minggu, hingga satu bulan kepergiannya. Tak sedetikpun Sooyoung merasa baik-baik saja, memikirkan Yook sungjae kelimbungan mencari dirinya begitu menyayat batin, lebih dari sakitnya kanker yang ia derita.
"Apa dia seperti itu sejak pagi?". Tanya Hanbin mengejutkan wendy yang tengah diam-diam memperhatikan lamunan Park sooyoung. "Dia selalu seperti itu jika sendiri". Balas wendy nanar.
Keduanya selalu bungkam tak berani mengusik lamunan itu, tugas mereka adalah untuk selalu ada disamping sooyoung, menemani dan menunggu hingga dirinya siap menjalani pengobatan.
"Cha, makanlah. Aku baru saja selesai memasak ini". Ungkap wendy saat sooyoung keluar dari kamarnya. Perempuan itu berjalan mengulas senyum. Wendy selalu bersikap seperti ibunya, sejak dulu. "Kemana kim Hanbin?""Entahlah, dia keluar sejak tadi. --sooyoung-ah, kau tau? Sikap Kim Hanbin sedikit aneh kurasa, saat dekat dengannya, aku selalu merasa takut". Park sooyoung terkikik mendengar kalimat wendy. "Mwoya? ..Kau takut jatuh cinta padanya, eonni?".
"Yyak!!! Apa maksudmu? --bagaimana mungkin aku suka padanya". Wendy berkelit hampir menyumpah. "Eo? Berhentilah tertawa dengan mata curiga itu". Tambahnya geram.
"Whoa, sepertinya aku pulang di waktu yang tepat". Kim Hanbin datang diantara keduanya. Wendy disana memberi tatapan tajam pada sooyoung yang masih terkekeh, ada rasa kesal tapi juga senang saat melihat tawa itu kembali. "Ada apa? Ada sesuatu yang lucu?". Tanya Hanbin pada sooyoung.
"Eoh, kau lucu". Balasnya singkat membuat hanbin bergidig ngeri.
"Eonni, besok aku ingin ke Rumah sakit". Kalimat sooyoung disela aktifitas makan itu sontak membuat kedua orang yang mendengarnya diam. "Aku rasa, aku sudah siap --akan sia-sia rasanya pergi meninggalkannya hanya untuk mati tanpa berjuang". Park sooyoung menggantung kalimatnya "--aku ingin sembuh". Sambungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Wind | Bbyu Vol.3
Fiksi Penggemar"Aku tidak memiliki warna lain dalam hidupku, hanya hitam yang kelam. Jika boleh aku bertanya, akan ku utarakan hal itu pada tuhan -Mengapa aku diciptakan, jika seluruh garis di telapak tanganku hanya sebuah penyesalan-. Hingga akhirnya sebuah harap...