32

894 94 60
                                    

Dulu sekali, sebelum park sooyoung di adopsi oleh ibunya, ia hidup bak daun jatuh yang diterbangkan angin. Tanpa tujuan, singgah dan pergi mencari tempat berlindung.

Ia tak mengingat bagaimana cerita dimana dirinya terluka parah dibagian kepala lalu dirawat berbulan-bulan di rumah sakit sebelum akhirnya disalurkan ke panti sosial dan memutuskan untuk kabur.

Ya, sooyoung kabur atas hasutan seorang bocah laki-laki yang samar lamat ia ingat rupanya.

"Jika kau tetap berada di panti, kau akan diangkat oleh orang jahat dan di perbudakkan. Itu sangat menyeramkan, ikutlah denganku, kita bisa hidup bebas diluar sana"

Sooyoung kecil ragu dengan ide itu.

"Ayolah, kau akan aman bersamaku. Kita kabur saat membersihkan halaman belakang siang nanti"

"Ta--tapi, dimana kita akan tinggal nanti?"

"Ternyata kau bodoh karena perban di kepalamu itu!" lelaki itu meledek park sooyoung "kau tak tau? Dunia itu luas. Aku sudah melihatnya, bentuknya bulat tak berujung" sambungnya.

Sooyoung berdecih, sebenarnya siapa yang bodoh disini.

"Jika kau ikut denganku, aku akan membawamu pulang ke rumah ayahku, dia orang kaya raya"

"Jika ayahmu kaya, mengapa kau tinggal di panti?"

"Aku nakal, itu sebabnya ibuku menghukumku disini untuk sementara. Dia sedang mencari ayahku, dan aku memutuskan untuk membantunya. Ibuku bilang, dia akan kembali setelah bertemu dengan ayahku"

Sooyoung mulai tertarik dengan tawaran yang di dapatnya. Tak ada perdebatan panjang hingga akhirnya ia memutuskan mengikuti bocah itu.

"Kita harus pergi ke sebuah daerah bernama seoul. Ibuku bilang jika ayahku adalah pengusaha sukses disana"

"Apa kau tau wajah ayahmu?"

"Tentu saja! Aku pernah melihat wajahnya difoto"

Sooyoung mengangguk mengerti "Apa seoul itu jauh?" tanya nya lagi.

"Aku tidak tau. Kita harus bertanya"

"Apa seoul itu kota kecil? Apa kau tau, di seoul bagian mana ayahmu berada?"

"Aku tau, aku tau. Tenanglah, kita hanya harus bertanya" balas bocah lelaki itu sedikit emosi karena merasa diragukan.

Sejenak, sooyoung menyesali keputusannya. Kabur dan mengikuti bocah ini adalah hal gila.

Mengemis dan mengamen bermodalkan wajah memelas dan mengiba, dua bocah itu akhirnya tiba di seoul.

Tepat disebuah gedung besar dan tinggi, keduanya berjongkok meneliti wajah yang turun dari mobil, keluar dan masuk dari dalam gedung.

"Aku lapar, apa kau sudah melihat ayahmu?" cicit sooyoung.

Bocah laki-laki itu tak bergeming. Pandangannya lurus menatap seorang laki-laki tegap yang keluar bersama seorang wanita dan anak laki-laki dari dalam gedung.

"--itu ayahku" imbuhnya sesaat lalu berlari kearah mereka meneriakkan kata ayah.

Memilukan, kejadian puluhan tahun lalu itu masih samar ia ingat.

Dimana satpam menyeret paksa bocah laki-laki gelandangan yang berusaha mendekati atasannya.

Didorong hingga tersungkur. Sooyoung kecil mengahampiri bocah itu.

"Kau tak apa? Kurasa ayahmu--" / "dia bukan ayahku!" penggalnya menangis.

Hari itu, sooyoung kecil menahan lapar seharian. Teman lelakinya hanya bungkam sepanjang jalan.

Beautiful Wind | Bbyu Vol.3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang