"Setelah ini mungkin yook sungjae akan menemuimu, bersiaplah. Akan lebih baik jika ia mengakui kesalahannya tanpa berkelit lebih lama"
Sohyun mengulum bibirnya. Entah ini salah atau benar, tapi satu yang ia ketahui, ia sudah mulai menghancurkan kehidupan yook sungjae.
"Oppa, tidakkah cukup dengan merebut semua pemegang saham di perusahaannya? Apa benar aku harus hingga menyelinap masuk ke dalam keluarga nya dan--" / "--Yya!" lelaki itu memotong kalimat sohyun dengan tatapan tak suka.
"Kau mengiba?!" sohyun mulai merasa tak nyaman dengan tatapan iblis itu.
--"sayang, rencana ini bukan hanya untuk membuat perusahaan yook sungjae jatuh saja, tapi juga membuat semua keluarga nya hancur. Kau lupa?"
Kerongkongan sohyun mengering seketika. "Kau tak ingat bagaimana keluarga itu berhutang banyak salah padaku? Pada ibuku? Bukankah aku sudah menceritakan semua nya?"
Seluruh badan sohyun bergetar, bulu halusnya mulai berdiri. "Ibuku depresi hingga bunuh diri di hadapanku. Hidupku terlantung di jalanan sementara si keparat yook sungjae tinggal di rumah mewah, apakah itu adil?"
Tangan lelaki itu menjalar dari pipi hingga leher kim sohyun, seketika nafasnya tercekat hingga tersedak karena cekikan yang ia terima.
"O-oppa, op-ppa, kau menyakitiku" lirih sohyun berusaha menyadarkan laki-laki di hadapannya.
Uhukk. Uhukk.. Uhukk..
Sohyun dibuat terbatuk saat cekikan itu terlepas.
"Aigoo.. Maafkan aku sayang, maafkan aku. Aku hanya emosi saat mengingat hal buruk yang terjadi di masa lalu"
Lelaki itu meminta maaf atas perbuatan yang terjadi satu detik lalu. Bukankah aneh?-- tidak, sohyun sudah sangat sering menghadapi ombak emosi seperti ini.
Luka dalam yang lelakinya dapat di masa lalu membentuk kepribadian ini. Sohyun dapat mengerti dan itu sebabnya ia bertahan. Untuk membantu monster ini menyembuhkan luka nya.
...
"Bi, jangan biarkan sooyoung pergi kemanapun hari ini, buat dia sibuk bahkan hanya untuk sekedar menonton televisi"
Selang beberapa saat setelah kalimat itu terucap, sebuah suara datang menghampiri keduanya.
"Kenapa aku tak boleh kemana-mana? Kenapa aku tak boleh menonton televisi?" tanya sooyoung mengintimidasi.
Sungjae diam sesaat.
"Pergantian musim sedang terjadi, aku tak ingin kau jatuh sakit. Menonton televisi juga tak baik untuk matamu, lebih baik kau urusi tanaman hijau disana. Itu baik untuk indera penglihatanmu" balas sungjae santai.
"Heol, kau membual"
Sungjae memilih bungkam.
"Jawab aku yook, aku tak suka kau menyembunyikan sesuatu" sooyoung mendekat mengancam jawaban dengan tatapan tajamnya.
Tapi bukan sebuah jawaban, justru kecupan manis diatas bibir nya lah yang ia dapat.
"Apapun yang terjadi, apapun yang kau dengar, apapun yang kau lihat. Kau hanya harus mempercayaiku" imbuh sungjae saat gadisnya membeku diam. "Aku pergi dulu, pastikan kau ada di rumah saat aku pulang. Dan ini perintah" sambungnya kembali mendaratkan kecupan dipuncak kepala sooyoung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Wind | Bbyu Vol.3
Fanfiction"Aku tidak memiliki warna lain dalam hidupku, hanya hitam yang kelam. Jika boleh aku bertanya, akan ku utarakan hal itu pada tuhan -Mengapa aku diciptakan, jika seluruh garis di telapak tanganku hanya sebuah penyesalan-. Hingga akhirnya sebuah harap...