"Berbahagialah, saling mencintai dan menyayangi. Restuku ada untuk kalian, jangan ditunda-tunda, ibu ingin segera menimang cucu" pesan Nyonya Yook.
Sooyoung menangis. Ya, entah apa alasannya, namun bulir air terus menerus keluar dari pelupuk matanya. Terlebih saat dengan tangan lebar, ibu sungjae meraih tubuhnya lalu memeluk erat raga rapuhnya.
Diliriknya kursi keluarga mempelai wanita. Hanya ada wendy yang duduk berdampingan dengan pengacara Lim. Miris, itu yang menambah rasa ngilu pada batinnya.
Dan disinilah kedua mempelai berada. Usai diberkati, dua insan yang bertemu tak sengaja ini resmi menjadi sepasang suami istri dalam kontrak, menikah tanpa paksaan namun dengan kesepakatan dan sanksi.
"Sekarang anda boleh mencium istri anda" titah sang pendeta.
Baik sooyoung maupun sungjae tersentak kemudian.
'Haruskah aku kembali merasakan bibirnya?' - tanya nya dalam hati.
'Tidak! Jika kau melakukannya, maka tamparan akan kembali mendarat di pipimu' -tambahnya kemudian tetap dalam diam.
"Kisseude.. Kisseude.. Kisseude" sorak penonton menuntut sang jantan bertindak.
"Jangan berani-berani. Atau tidak, kau kubunuh" delik sooyoung menggeram.
Sungjae tertunduk patuh, ia hanya merasa tak nyaman, terlebih saat terang-terangan ia ketahuan menyebutkan nama Park sooyoung sebagai gadis yang mulai disukainya di depan sohyun.
Itu memalukan.
Keduanya terdiam, sooyoung menggigit bibirnya kelu hingga iris matanya menangkap sosok sohyun yang bersilang tangan menatap nya.
Sohyun menyeringai dan berdecih meremehkan. Demi apapun, ia tidak menyukai perempuan itu.
Wanita ular, licik dan berhati kejam.
Sooyoung terus menerus bersumpah serapah dalam hatinya. Namun saat ia melihat sungjae menatapnya dalam, tangan nya bergerak refleks menarik tengkuk lelaki di depannya.
Ia menyatukan kedua benda kenyal itu hingga sang lawan memekik terkejut dan membuka lebar matanya.
'Apakah ini mimpi?'
Tanya sungjae membatin menetralkan fikiran dan perasaannya.
Sesaat setelah kesadaran sooyoung kembali, ia mulai menjauhkan bibirnya namun kedua tangan sungjae menahan wajahnya.
Dengan kedua mata tertutup, keduanya hanyut dan terbuai satu sama lain, bahkan saat satu tangan sungjae beralih pada pinggangnya, sooyoung memilih mengalungkah kedua tangan pada leher sungjae.
Semua orang yang ada di gedung itu bergemuruh selagi bertepuk tangan, dan saat itulah mereka mulai tersadar dengan apa yang baru saja mereka lakukan. Kikuk dan memerah malu, keduanya saling menjauh dan membuang muka mereka berlawanan arah.
...
"malam ini kalian akan tidur di rumah, benarkan?" Sungjae melirik sooyoung dan mendapat jawaban tidak' atas permintaan ibunya.
"Tidak, kami akan kembali ke apartement"
Jawab sungjae. "Lakukanlah. Kalian akan berangkat esok hari untuk berbulan madu" titah ayah sungjae.
"Benar nak, kami sudah menyiapkan dua tiket kelas utama untuk keberangkatan kalian. Terimalah, hadiah dari kami"
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Wind | Bbyu Vol.3
Fanfiction"Aku tidak memiliki warna lain dalam hidupku, hanya hitam yang kelam. Jika boleh aku bertanya, akan ku utarakan hal itu pada tuhan -Mengapa aku diciptakan, jika seluruh garis di telapak tanganku hanya sebuah penyesalan-. Hingga akhirnya sebuah harap...