Sungjae keluar pintu ruang rapat dengan aura negatif. Tiga kali ia menghadiri pertemuan dengan para pemegang saham yang tak kalah kecewa dengan proyek baru mereka yang nyaris gagal. Ralat, proyek yang bahkan belum sempat launching pada waktunya itu kini harus ditunda dan meninggalkan rugi besar bagi perusahaan.
Kepalanya nyaris pecah. Tumpukan laporan telah hadir di meja kerjanya menunggu untuk di periksa, sepertinya malam ini sungjae takkan bisa pulang, padahal sejak pergi, fikirannya bercabang memikirkan senyum park sooyoung yang terus berkecamuk di benaknya.
"Ini laporan terakhir yang kau minta" imbuh peniel menyodorkan sebuah berkas setelah memasuki ruangan sungjae. "Dengarkan aku, sungguh ini bukanlah kesalahan dari orang-orangku. Aku berani menjamin itu" tambahnya yang tak dihiraukan oleh sungjae yang memang tengah sibuk dengan aktifitasnya.
"Jika kau ingin aku memeriks--" / "diamlah. Aku tau jika ini bukan salahmu" potong sungjae.
Jelas peniel terheran dengan penuturan yang baru saja ia dengar.
"Aku tau akar dari masalah ini jadi tolong, diam--" kalimat sungjae menggantung kemudian ia mengusap wajahnya kasar.
"--dan maafkan perkataanku sebelumnya, hyung" sambungnya yang di balas oleh senyum peniel."Apa yang bisa ku lakukan untuk membantumu?"
Sungjae manatap lurus tajam wajah lawan bicaranya.
"Bisakah kau mempercaiku dan melakukan semua yang ku minta, hyung?"
"Tentu saja" jawab peniel percaya diri.
...
Pagi hari tiba, sooyoung berniat menemui wanita yang mengiriminya pesan semalam.
Ia mendatangi sebuah cafe, dimana wanita itu telah duduk bersilang kaki menunggunya.
"Lama tak bertemu. Apa kabar, park sooyoung-shi?"
Sooyoung menyulam senyum palsu "kurasa hubungan kita tak cukup dekat untuk saling bertukar kabar, kim sohyun-shi" balas sooyoung.
Sooyoung tak berniat angkuh, ia hanya tak ingin banyak berbasa-basi dengan wanita ini. "Well, sepertinya kau sangat sibuk hingga tak ingin bercengkrama terlebih dahulu"
Sooyoung diam, tak berniat membalas, menunggu inti dari percakapan ini terdengar. "Kau tau, aku dan yook sungjae saling mencintai dari dulu. Kami bisa saja menjadi satu jika bukan karena dua hal, dan kau jelas mengetahui kedua hal itu, benarkan?"
Sohyun menarik kedua ujung bibirnya, ia membenarkan posisi duduk lalu mengambil segelas teh hangat dihadapannya.
"Aku merasa jika kau mulai menaruh hati pada lelakiku dengan terus menggodanya hingga ia merasa bingung sekarang" kalimat sohyun terhenti.
"--dan aku mulai merasa tak nyaman dengan hal itu, park sooyoung-shi. Aku ingin lelakiku kembali"
Sooyoung menarik nafasnya dalam, ia bersandar pada tempat duduknya lalu tersenyum menatap lurus kearah kim sohyun.
Sooyoung tau jika sohyun sedang dalam keadaan tak baik, sorot matanya ingin meyakinkan jika ia tak takut, tapi entah mengapa, sooyoung melihat bahwa wanita dihadapannya sedang merasa tertekan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Wind | Bbyu Vol.3
Fanfiction"Aku tidak memiliki warna lain dalam hidupku, hanya hitam yang kelam. Jika boleh aku bertanya, akan ku utarakan hal itu pada tuhan -Mengapa aku diciptakan, jika seluruh garis di telapak tanganku hanya sebuah penyesalan-. Hingga akhirnya sebuah harap...