5--Almost Easy

1.9K 245 12
                                    

(Double update chap 4 & 5 😉)

🔞

Doy mematikan lampu depan dan memarkir mobil di dekat gedung paling luar dekat tempat sampah. Aku mulai menyesal karena tidak membawa sepatu yang lebih nyaman. Doy memandangiku sedikit khawatir, tapi aku terus menunjukkan senyum meyakinkan. Bukan saatnya untuk mengkhawatirkan sepatu apa yang kupakai.

Aku tidak bisa melihat apapun. Mataku perlu beberapa detik untuk menyesuaikan diri dengan suasana gelap di sana. Gudang 7 sebenarnya hampir tidak berpenghuni. Kebanyakan orang menghindari tempat ini untuk bertransaksi atau sekadar menyimpan barang karena wilayah itu sudah tidak aman. Bertahun-tahun tempat ini kosong dan terlupakan begitu saja.

Tapi kami bukan kebanyakan orang.

Sejak kiriman semakin tersendat karena keamanan di Priok ditingkatkan, kami memilih untuk sedikit menguras tenaga. Menyimpannya di gudang 7 karena jaraknya lebih jauh, tetapi lebih aman dari saingan. Sementara orang-orang menyimpannya di gudang 4, lebih dekat dengan Priok.

Kami membagi silencer lalu memasangnya dan bersiaga.

Aku tidak tahu Juan di sini sendiri atau dengan yang lain, jadi aku harus lebih waspada. Aku melihat sinar berjalan dari kejauhan, aku dan Doy langsung menepi pada tembok. Doy memberi isyarat padaku untuk naik ke atas. Kami segera mengaktifkan silencer dan berpencar.

Aku butuh ketinggian.

Setelah itu Doy menghilang di dalam kegelapan. Aku mulai menaiki tangga sampai ke lantai enam, bergegas ke dekat jendela dan memposisikan senapan ke arah luar. Kusapu seluruh wilayah melalui teropong untuk menemukan Doy terlebih dulu.

"I got you." Bisikku melalui silencer.

Doy tidak menyahut. Tapi aku tahu dia mendengarkan. Dia hanya tidak ingin mengungkap keberadaannya karena berisik.

Mataku mencari Juan. Kulihat ada dua orang bergerak di dekat Doy. Keduanya membawa senter dan berjalan mengendap-endap.

"Arah jam 2, 20 meter, dua orang bawa senter."

Doy langsung merapatkan diri dan masuk ke ceruk gang.

"Cari tempat sampah, Juan suka−"

Kalimatnya terputus.

"D? D?!" Aku menyebutkan kode namanya, berbisik cukup keras dan putus asa. Jangan bilang Doy tertangkap?! Aku mencarinya lagi melalui teropong. Masih tidak ada tanda-tanda kemunculannya, membuatku semakin panik. Tapi aku harus tenang dan meyakinkan diri bahwa semuanya baik-baik saja.

Kudengar suara berderak dari ujung jalan. Seseorang baru saja berlari dalam kegelapan. Dua orang yang membawa senter langsung menghampiri sumber suara. Menjauh dari lokasi Doy menghilang.

"S? Cek? S?" aku mendengar suara Doy memanggil kode namaku.

"Thank God. Lo kemana?"

"Tadi J. Gue udah bareng sama dia sekarang." Aku bernapas lega mengetahui Juan sudah bersama Doy.

"Oke."

"Lo balik aja ke mobil, bawa keluar. Gue harus sama J buat ambil mobil dia. Barang ada di sana."

"Siap." Kemudian aku teringat dengan seseorang yang baru saja dikejar dua orang lainnya. "D? Dua orang yang tadi pergi ke arah jam 10, ada satu orang yang mereka kejar."

"Kata J dua orang itu Jon sama Hatta. Mereka di sini." Aku mendengus pelan. Tentu saja mereka. Detektif kampret. Suka banget campurin urusan orang lain. "S? Lo yakin yang mereka kejar cuma satu orang? Harusnya dua. Itu orang-orang yang tadi rese sama J."

Mad CityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang