42--Sun Inside

773 121 21
                                    

🔞🔞🔞🔞




















Ardoyne

Seringkali aku bertanya-tanya, mengapa Tuhan memberi kita kehidupan yang rumit dan berbeda. Kenapa pula harus selalu ada pilihan di setiap langkah yang akan kita ambil. Ada yang terpilih, artinya ada juga yang dikorbankan.

Tidak bisakah menjaga keduanya untuk tetap bisa dipilih, supaya tidak ada yang menjadi korban?

Tuhan berkata tidak.

Serakah adalah perbuatan yang tidak baik, Tuhan menambahkan.

Semua sudah ada porsinya masing-masing, tutup Tuhan sebelum kembali membiarkanku di dalam kubangan ketidakpastian.

Saat itu ingin rasanya kubagi diriku sendiri menjadi dua. Satu agar bisa bersama Geneva dengan leluasa, dua agar aku bisa tetap bersama Jess tanpa harus meninggalkan dunia yang telah membesarkanku.

Aku tidak menyesal pada akhirnya memilih salah satu dari mereka berdua. Aku hanya menyesal mengapa aku harus meninggalkan sebongkah perasaan untuk ia rasakan pada awalnya.

Dulu aku berpikir kalau aku hanya perlu bertahan hidup untuk mempermudah kehidupanku selepas bergabung dengan Wirajuda. Ternyata hidup tidak hanya sekadar bertahan hidup, tetapi bagaimana menghidupinya.

Apalagi yang perlu kuharapkan dengan kehidupan seperti ini selain memiliki kebebasan bersama Geneva? Itu adalah cita-cita yang selalu ingin kuwujudkan dan kucapai. Ketika orang lain ingin menjadi dokter, guru, pilot, menteri, presiden dan semua profesi yang berbobot, aku hanya ingin kebebasan bersama adikku. Tidak lebih dari itu.

Dan ternyata apa? Proses untuk mendapatkannya jauh lebih sulit daripada menjadi dokter, guru, pilot, menteri, presiden atau semua yang diinginkan oleh manusia pada umumnya.

Ku pikir begitu.

Seharusnya aku merasa cukup dengan semua yang telah kudapat, terlebih saat akhirnya kutemukan tambatan hati yang rasanya terlalu luar biasa bisa kudapatkan─yang pada akhirnya kusia-siakan.

Aku berhasil bertahan hidup, tidak ada lagi yang lebih penting dari itu. Sampai akhirnya aku bertemu dengannya.

Hanya bertemu dengannya.

Sudah cukup bagiku memberikan perasaanku padanya. Mungkin begitu kecil di awal, sampai seiring berjalannya waktu perasaan itu tumbuh membuat ruang di dadaku sesak.

Mad CityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang