🔞🔞🔞🔞
Geneva
Banyak sekali enak dan tidak enak menjadi seorang adik. Terlebih saat punya kakak yang kelewat protektif dan mengekang sebagian besar apa yang ingin kita lakukan. Terkadang aku ingin bersikap positif dan memaklumi apa yang Kak Ardo lakukan terhadapku. Tetapi semakin lama aku bertumbuh besar, sikapnya mulai menjengkelkan.
Aku tidak mengerti apa yang membuatnya menjadi seprotektif itu. Aku bahkan tidak mengerti mengapa seseorang memilih bersikap protektif terhadap orang lain. Apakah mereka terlalu sayang, atau takut kehilangan, atau hanya tidak ingin orang itu mendapat kebebasan?
Untukku, semuanya adalah alasan Kak Ardo.
Aku bisa merasakan sebesar apa rasa sayang yang Kak Ardo curahkan kepadaku. Kemudian bertanya-tanya mengapa kebebasanku hanya sebatas main dengan teman dekat─dan harus perempuan. Sebesar apa ketakutan yang ia punya untuk kehilangan diriku? Dan mengapa harus seperti itu?
Tidak ada orang yang ingin kehilangan orang yang mereka sayang.
Aku mengerti.
Tetapi... tidak harus begitu, kan?
Sampai akhirnya tiba waktunya.
"Ini pekerjaan kakak. Sangat jauh dari apa yang kamu bayangkan. Kakak bukan orang baik, kakak udah buat banyak kejahatan. Dan itu nggak berhenti di sini aja karena kakak akan selalu jadi orang yang seperti itu. Kakak hanya mau kamu menerima kakak apa adanya, Nev. Kamu orang terdekat kakak, keluarga kakak, darah daging kakak, satu-satunya orang yang kakak harapkan akan menilai kakak paling terakhir."
Seumur hidup berinteraksi dengan orang lain, mengikuti mata pelajaran ilmu sosial di sekolah dan diajari bagaimana merespon ucapan orang lain dengan benar atau bahkan mengutarakannya melalui emosi, rasanya tidak berguna saat Kak Ardo bicara demikian. Aku tidak bisa berkata-kata dan tidak tahu harus menjawab apa. Membuatnya berakhir bermonolog dan menyelesaikan kata-kata yang telah ia susun di kepalanya.
"Semua uang yang kamu pakai, yang kakak kasih, mungkin uang haram. Tapi kamu nggak perlu khawatir. Itu urusan kakak, dosanya kakak yang nanggung. Hal terpenting adalah kamu bisa melanjutkan hidup dan bisa sukses ke depannya."
Hah!
Terlepas dari apa yang baru saja Kak Ardo katakan, bahwa semua uang yang ia hasilkan adalah haram, supaya aku bisa melanjutkan hidup dan sukses ke depannya, sepertinya agak... hm.
Kalau begini ceritanya, sebagai adik yang sayang kepada kakaknya, aku tidak ingin membiarkannya terjerumus dan terjebak dengan dunia hitam terlalu dalam.
Dan berdasarkan saran dari seseorang yang kupercaya─berstatus semi-pacar kalau bisa dibilang, saat kutanya apa yang akan ia lakukan kalau berada di posisi Kak Ardo, dia bilang dia akan sependapat denganku.
"Kalo aku jadi dia, aku nggak mau terus-terusan hidup di dunia hitam itu. Aku pasti bakal pentingin kamu karena kamu satu-satunya keluargaku. Lebih baik kita hidup jauh dari semua ini dan menjalani lembaran hidup yang baru." Begitu katanya.
Maka saat aku memojokkan Kak Ardo dan mengancam kalau aku tidak akan menurut lagi padanya. Dia berusaha semaksimal mungkin untuk menurutiku. Aku tahu itu sulit, tetapi akan lebih sulit lagi nantinya kalau dia tetap di sana, kan?
Berhari-hari, berminggu-minggu, aku tahu dia merasa berat untuk memutuskannya. Ketika aku memintanya untuk bergerak cepat, dia selalu kelihatan gelisah dan beralasan, "Kakak nggak bisa bikin Kak Jess buru-buru ambil keputusan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mad City
General FictionI survive, nothing else matters. Until I see her. --Ardoyne OC x Ardoyne 🔞 melloizt©2019 melgerit©2023