Manindaklanjuti pembahasan penting dari admin twt nctzenhalu perihal bijak menjadi penulis, aku bakal sering-sering ingetin kalian kalo cerita ini bener-bener nggak bisa dibaca sama UNDER 18. Jadi yang masih di bawah umur 18 silakan tinggalin cerita ini. Tapi kalo maksa ya terserah, aku udah peringatin ya. Semoga kalian sebagai pembaca juga bisa bijak dalam menentukan bacaannya 😊😊
***
🔞
Hampir separuh hidup kami habiskan bersama. Sejauh yang kuingat, kami juga berbagi kenangan yang sama. Terhitung sebelas tahun sampai saat ini, aku dan teman-teman terikat dalam kesepakatan hidup atau mati.
Dunia terlalu indah untuk hanya sekadar lahir dari keluarga harmonis, kaya, utuh dan sehat. Karena pada kenyataannya, dunia tak sekuat itu untuk mempertahankan hal-hal menyenangkan. Dunia menjadi rapuh, melahirkan orang-orang licik, miskin, rusak dan terbuang.
Kami adalah golongan yang terakhir. Seperti kata Prasasti, kami hanya seonggok gelandangan yang bisa mati kapan saja. Terima kasih kepada Jay karena menemukan kami dan membuat kami memiliki kehidupan yang kelewat enak seperti sekarang.
Awalnya aku tidak begitu memikirkannya. Aku senang sudah ditampung, diberi kehidupan, diperlakukan layaknya manusia pada umumnya. Namun seiring berjalannya waktu, akalku mulai bisa berfungsi sebagaimana mestinya. Menyadari banyak hal yang selama ini kulewatkan.
Kami diberi kehidupan, tapi ternyata kehidupan yang berbeda. Sebab kami hanyalah manusia dengan tujuan. Tidak bisa dipungkiri kalau aku dan teman-teman sempat berpikir kalau kami hanya dimanfaatkan oleh Jay bersama orang-orangnya. Tetapi kami mengesampingkan itu.
Ada tujuan yang lebih besar untuk hanya sekadar bertahan hidup. Kami juga ingin merasa hidup.
Maka ketika Jay membuat kami bertemu satu sama lain sembilan tahun yang lalu, aku tahu semua ini lebih dari itu.
Kami; aku, Doy, Juan, Kun, Ten, Leon dan Winnie, sedang makan malam bersama untuk pertama kalinya sejak bersama. Saat itu Kun baru saja bergabung denganku dan lainnya yang datang lebih dulu. Aku yang paling pertama, selang beberapa hari disusul oleh mereka. Dalam waktu satu minggu, kami berkumpul menjadi tujuh orang.
"Ceritanya gimana kok kalian semua bisa ketemu sama Jay?" Kun, cowok berpipi tembam dan kulit yang kelewat putih untuk ukuran gelandangan pada umumnya angkat bicara.
Kami bercerita sesuai urutan masuk. Aku menjawab lebih dulu.
"Aku lagi ngamen sama temen-temen, aku cewek sendiri, dulu suka dinakalin sama mereka. Jatahku nggak sesuai, padahal aku paling rajin keliling. Pas lagi berdiri di trotoar, tiba-tiba ada mobil mewah minggir. Aku nggak peduli awalnya, nggak kepikiran kalo orang itu nyamperin aku. Terus Jay muncul. Pake pakaian rapi; setelan kemeja sama jas, rambutnya juga ditata, cara bicaranya berwibawa. Plus, kalian tahu kan Jay ganteng banget, aku waktu itu langsung terpesona." Kudengar teman-teman mendengus. "Dia pegang dan mainin rambut panjangku, tadinya mau aku tendang itu orang, tapi nanti aku kena masalah jadi aku diem aja. Habis itu dia bilang, 'Ikut sama aku yuk? Aku nggak jahat kok.' Awalnya aku bingung, tapi aku lihat Jay kayaknya tulus. Dia nyuruh aku masuk ke mobilnya. Di dalem mobil ada perempuan, senyum sama aku."
"Ibu Jay?"
"Betul. Bu Agatha. Terus ke sini deh."
Aku mengakhiri pidatoku. Senang rasanya bisa didengarkan dengan saksama. Cerita masih berlanjut, berikutnya giliran Ten.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mad City
General FictionI survive, nothing else matters. Until I see her. --Ardoyne OC x Ardoyne 🔞 melloizt©2019 melgerit©2023