25--Forbidden

754 124 4
                                    

🔞🔞

Serangan panik menyerangku dan Doy dalam waktu bersamaan. Perhatian kami terbagi antara kenyataan bahwa Jay memergoki kami berdua dan Neva yang berada di Marleen, bersama teman-temannya.

I mean, it's Marleen!

"Kamu ngapain di sini?!" Suara Doy tiba-tiba meninggi karena terkejut.

Neva melirikku sekilas, kemudian membalas tatapan Doy, "Kakak juga ngapain di sini?"

"Kakak nanya, harusnya kamu jawab."

Neva mendesah, lalu menyilangkan tangan di dada. "Aku lagi main sama temen-temen."

"Di sini?!"

"Iya."

"Udah berapa kali kamu ke sini?"

Tatapan mata Neva terlihat tidak fokus. Beberapa kali ia melirik Doy dan teman-temannya yang sudah berjalan lebih dulu ke dalam Marleen. "Beberapa kali."

"Kakak nggak suka kamu main ke tempat ini. Sekarang pulang. Ayo kakak anterin ke rumah." Doy menarik tangan Neva kasar. Neva menahan diri dan menyentakkan tangannya hingga terlepas dari genggaman Doy.

"Ih apaan sih, Kak? Aku kan lagi main sama temen-temen. Masa aku ninggalin mereka gitu aja?! Lagian aku bukan anak kecil lagi, terserah dong aku mau main ke mana."

"Iya kakak tahu, tapi bukan di sini juga!"

"Emang kenapa kalo di sini? Nggak ada bedanya sama tempat-tempat lain! Aku udah dua puluh tahun, Kak!"

Doy menarik lengan Neva sekali lagi, namun Neva selalu bisa menyentakkan tangannya. Sampai aku melihat Doy mengerahkan seluruh tenaganya untuk menyeret Neva menjauh dari Marleen. Bukannya berhasil, kupikir dia hanya akan melukai Neva lebih jauh.

"Kak, lepasin!" Kali ini Neva mencoba, namun gagal.

"Doy. Jangan gitu." Ujarku menengahi, menahan bahunya untuk mencegahnya berjalan lebih jauh.

Ia menatapku garang dan tidak mendengarkan sama sekali. Ia menarik lengan Neva tanpa memedulikan rintihan yang ia keluarkan.

"Nev?!" Kudengar salah satu teman Neva memanggilnya dari kejauhan. Gerombolan temannya sedang menunggu dan memandangi kami. Kulihat dua orang laki-laki berlari ke arah kami.

"Ada apa ini?" Tanya satu laki-laki yang lain, memegangi tangan Neva yang Doy genggam kuat-kuat dan menahannya.

"Jangan ikut campur." Kata Doy tegas.

"Maaf Mas, tapi ini temen saya. Kenapa Mas kasar sama dia?" Cowok bertubuh kerempeng itu bernyali tinggi juga ternyata. Tubuhnya jelas tidak menggambarkan keberanian yang dia miliki, dengan tampang Doy yang garang dan dengan penampilan seperti sekarang; celana sobek, jaket kulit dan napas berbau alkohol, dia masih mau membela Neva.

Doy akhirnya melepas tangan Neva hanya untuk menggantinya dengan cengkeraman di kerah baju si cowok itu. "Lo berani sama gue? Dia itu─" Doy langsung berhenti saat tanganku melepas cengkeramannya dan menyentakkan badannya keras-keras.

Aku menyeretnya menjauh, membuat Neva dan temannya memandangi kami heran. "Udah Doy. Jangan dibikin gede. Bagi mereka lo bukan siapa-siapanya Neva. Jangan bikin kita di posisi sulit juga."

Doy seolah tertampar dan tersadar dengan apa yang aku ucapkan. Dia menatap mataku dan mengumpulkan kesadaran dari amarah yang menyelimutinya.

Butuh beberapa saat bagi Doy untuk benar-benar menguasai diri. "Oke. Sorry, gue kaget aja tiba-tiba dia ada di sini. Dari semua tempat yang ada kenapa di sini?"

Mad CityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang