32--Messed Up

698 121 6
                                    

🔞🔞

1 bulan...







2 bulan...







3 bulan...










Sebagian dari diriku mengatakan bahwa aku baik-baik saja. Namun sebagian diriku yang lain mengatakan sebaliknya. Padahal aku sama sekali tidak tahu mana yang sebenarnya.

Mungkin itu hanya hal-hal yang ingin kuyakini saja. Karena pada akhirnya, tidak ada kebenaran mutlak. Hanya kemungkinan-kemungkinan yang akhirnya dibenarkan.

Sejak kejadian terakhir─saat Jay memungut kehancuranku yang sekarang telah menginjak bulan ketiga, aku mulai terbiasa untuk hidup tanpanya. Mungkin aku bisa melewatinya, sejauh ini aku bisa menyimpulkan demikian.

Semua orang tahu apa yang dia lakukan. Semua orang kini menganggapnya penghianat. Semua orang kini mencarinya, merepotkan diri hanya untuk membunuh dia pada akhirnya.

Kalau kataku, untuk apa? Tidak perlu repot-repot untuk mencarinya, bukan? Dia tidak seberharga itu.

Hahaha.

Wrong!

Karena dia seberharga itu, Jess.

Suara dalam kepalaku berkata tanpa permisi.

Berbulan-bulan kami mencoba untuk melanjutkan hidup, berbulan-bulan kami akhirnya menerima kepergiannya. Kupikir itu sudah cukup untuk kami. Tidak perlu mendengar berita-berita yang tidak kami inginkan.

Dua berita yang mungkin bisa terjadi dan sama-sama tidak kami inginkan.

Dia kembali, atau dia mati.

Aku tidak yakin apa yang akan kami lakukan kalau dia benar-benar kembali, dan aku pun tidak tahu apa yang akan kami lakukan kalau dia akhirnya mati.

Satu hal yang pasti. Ketika dia akhirnya meninggalkanku saat itu, aku tahu dia tidak cukup mempercayaiku. Kepercayaan yang kuberikan padanya tidak berarti apa-apa.

Waktu terus berlalu, membuatku mencari-cari... satu alasan saja, mengapa aku harus bertahan untuknya. Hanya kemudian menemukan semakin banyak alasan untuk meninggalkannya.

Tidak ada yang menyebut namanya sejak dua minggu setelah kepergiannya. Setidaknya di depanku. Teman-teman cukup menjaga perasaanku dan itu membuatku sedikit merasa bersalah. Maksudku, mereka tidak perlu melakukannya, kan? Silakan saja membicarakan tentang dia dan bersikap seperti seharusnya.

Tapi mereka tidak mendengarkan.

Karena mereka tahu, kepergiannya telah menghancurkanku dan mereka tidak ingin membuatku lebih hancur. Dan menurut mereka, itulah yang seharusnya mereka lakukan. Berhenti membicarakan dia.

Dia hanya sejarah. Mungkin jenis sejarah yang harus dilupakan.

Tapi melupakan bukan perkara mudah, tidak pernah mudah.

Menghilangkan seseorang dari sejarah hidup kita bukan dengan melupakan, namun dengan mengabaikan. Dan itu yang kulakukan sekarang.

Aku mengabaikan semua tentangnya. Semua yang dia tinggalkan, semua yang mengingatkanku dengan keberadaannya, semua yang bersangkutan dengannya.

Aku sampai harus mengganti mobil yang biasa kami bertiga gunakan untuk mengantar pesanan. Bertukar kamar dengan Winnie di lantai satu, supaya aku tidak perlu meninggali kamar lamaku yang berada di sebelah kamarnya. Memindah ruang tengah ke lantai satu dan membuat pergerakanku sesedikit mungkin untuk datang ke lantai dua.

Mad CityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang