36--Untrustworthy

647 126 10
                                    

🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞

Waktu berjalan terasa begitu lambat. Sinar matahari kini telah sirna, digantikan oleh sinar bulan yang cukup redup. Aku bisa melihat wajahnya lebih jelas sekarang. Mungkin karena mulai terbiasa di dalam kegelapan dalam waktu yang lama.

Aku berkali-kali mendengarnya merintih kesakitan. Meskipun aku tahu dia menahannya sekuat tenaga untuk tidak menunjukannya. Dia adalah orang yang seperti itu. Menyembunyikan banyak hal dari orang lain, termasuk hal-hal yang sebenarnya perlu kami ketahui.

Dia tidak pernah bilang kepada kami kalau dia sedang tidak enak badan, sakit atau keluhan lainnya. Dia selalu mencoba untuk tidak terlihat lemah dan tak berdaya. Dia selalu ingin menjadi yang paling melindungi kami dan rela berkorban banyak. Padahal kami sangat tahu, dia punya hal penting yang perlu diutamakan. Tapi dia sebisa mungkin membagi waktunya untuk adiknya dan kami.

Kami semua tahu Geneva adalah segalanya bagi Doy. Ketika aku mengatakan semua, yang ku maksud adalah semua. Semua orang Wirajuda. Yang mana adalah hal yang sangat merugikan karena ia tidak punya sekat privasi sama sekali. Orang-orang bisa saja membuatnya tak berdaya setiap saat.

Maka dari itu, Doy tidak pernah ingin mengecewakan siapapun. Karena sekali dia mengecewakan seseorang, adiknya akan terancam.

Dan sejauh yang kuingat, dia melakukannya dengan baik selama bertahun-tahun terakhir. Selama kami bersama.

Dia tidak berbuat ulah dan membuat masalah serius.

Sampai akhirnya dia melakukannya.

Masalah pertama dan terbesarnya.

Dan kuharap itu menjadi yang terakhir juga.

Aku akan tetap mengatakan apa yang dia lakukan adalah suatu kebodohan. Aku tidak menyangka dia sebodoh dan senekat ini.

Aku mengerang frustasi mengingat apa yang terjadi barusan. Apa yang akan Jay lakukan pada Neva? Mau diapakan dia sampai harus keluar ruangan?

Ingatanku langsung melayang pada perempuan itu, adik Si Rambut Putih. Apa dia akan menikmati Neva untuk kemudian dilenyapkan? Bangsat, bangsat!

Aku melihat tragedi ini di dalam bayanganku. Bahwa suatu saat Wirajuda akhirnya menemukan Doy dan membereskannya. Minimal hanya membunuh Doy, maksimal membunuhnya bersamaan dengan adiknya.

Ada opsi lain di mana aku sempat membayangkan diriku juga terlibat dengan masalahnya, karena aku menyembunyikan banyak hal dari Jay tentang Doy. Tetapi tidak sedalam ini.

Aku bahkan tidak menyangka semua masalah yang menimpa Wirajuda adalah perbuatan Doy. Bagaimana bisa?

"Ngomong aja. Gue ngerti lo mau tahu banyak."

Kudengar suara lemah dan sayup-sayup dari pojok ruangan. Suaranya serak karena tenggorokan yang kering dan menahan sakit.

Sebagian diriku sedang berpikir untuk mencoba menyambungkan benang-benang kenyataan, sisi yang lain ingin bicara dengannya. Memastikan apa semua yang dikatakan Jay benar dan terjadi. Tapi Jay bukan seorang pembohong, jadi aku tidak perlu mempertanyakannya lagi. Karena jawabannya jelas.

Ngomong aja?

Dikiranya segampang itu?

Aku mengatupkan bibirku rapat-rapat. Tidak ingin bersikap mudah.

Aku tahu aku sangat merindukannya dan ingin memeluknya ke dalam dekapanku. Tapi bukan itu yang seharusnya kulakukan sekarang.

Aku tidak akan menanyakan apapun. Aku ingin tahu seberapa penting diriku untuknya sampai dia membuka dirinya sendiri kepadaku.

Mad CityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang