🔞🔞
Aku telah memanggil nomor Doy untuk ke sekian kali hanya untuk mendapat jawaban tak berarti. Atau sebenarnya berarti banyak.
Ada sesuatu saat dia menjalankan misi.
Dia belum menyelesaikan misi.
Dia belum menyelesaikan misi karena misinya sulit.
Ada kendala dan dia butuh waktu lebih banyak untuk menyelesaikannya.
Seberapa banyak aku mencoba untuk berpikir positif, rasanya sulit untuk menyingkirkan bisikan-bisikan buruk yang hinggap di kepalaku. Bagaimana bisa aku berpikir positif setelah percakapan terakhir kami beberapa waktu lalu?
Seminggu menghilang tentu saja bukan sesuatu yang baik.
Aku tidak berani menghubungi Neva atau Ariel, karena kupikir ada benarnya Doy belum kembali karena misi.
Jay belum membuka mulut sedikitpun mengenai menghilangnya Doy. Apa dia setidakpeduli itu?
Aku dan teman-teman akhirnya mencari Doy di sela-sela misi yang kami jalankan. Aku hanya berdua bersama Juan, merasakan kekosongan yang sangat kentara dengan keabsenan Doy. Terlalu banyak yang terjadi di kepalaku, sampai aku melupakan hal penting yang seharusnya kulakukan.
Tapi dengan semua kejadian ini, rasanya begitu mustahil untuk melanjutkannya. Aku tidak melihat kemungkinan baik yang bisa terjadi kalau berita mengenai selebaran itu terungkap. Maka, sejak kepulangan kami dari pertemuan bersama Prasasti di kantor pusat, aku meminta Ten dan Kun untuk tutup mulut.
Semuanya serba porak-poranda, tepat seperti yang dikatakan oleh Winnie.
"Lo beneran lagi nggak ada masalah kan sama Doy?"
Aku sedang membuat kopi di konter dapur pada suatu malam. Dari suaranya aku langsung tahu siapa yang sedang bicara denganku.
"Nggak, Win. Kenapa lo mikir gitu?"
"Ya kali ada, kemarin Clara sempet ke sini, kan? Kirain dia bikin masalah."
Aku yang sedang mengaduk kopi dengan sendok mendadak berhenti. Satu, dua detik, kemudian melanjutkan lagi.
"Gue nggak ngerti maksud lo."
Kudengar suara langkah Winnie mendekat padaku, berdiri sejajar denganku.
"Gue tahu." Ujarnya singkat. "Semuanya tahu."
Aku hanya bisa terdiam. Paham betul apa yang sedang dia bicarakan. Apa kami sekentara itu? Seberapa besar kami mencoba untuk menutupinya dari semua orang, pada akhirnya akan terungkap.
Sepandai-pandainya seseorang menyembunyikan bangkai, pasti akan tercium juga.
Apa perumpamaan itu tepat untuk kami berdua? Maksudku, apa perasaan kami yang saling berbalas sepadan dengan bangkai? Mungkin.
Wah, rasanya begitu sulit mengatakan apa yang kami miliki. Memangnya apa?
Sayang? Cinta?
Sekali saja... sekali... aku belum pernah mendengar ucapan semacam itu dari Doy. Selama ini, hanya aku yang mengatakannya.
Some people said, love is not about a word, it's an action. You can't just say it, you have to display it.
Dan itu membuatku bingung setengah mati. Doy tidak mengatakannya tapi dia menunjukkannya. Namun aku kembali bertanya-tanya, apa yang dia tunjukkan itu... cinta?
Shit, I know nothing.
Sepasang tangan tiba-tiba merengkuh bahuku, merapatkan tubuhku ke dalam pelukannya. Winnie membuatku melepaskan sendok yang sedang kupegang dan berganti untuk membalas pelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mad City
General FictionI survive, nothing else matters. Until I see her. --Ardoyne OC x Ardoyne 🔞 melloizt©2019 melgerit©2023