40--Tear Apart

709 115 4
                                    

🔞🔞🔞🔞🔞🔞

Begitu sulit untuk menerima kenyataan bahwa dunia memang sekejam itu. Terkadang kita ingin punya kehidupan seperti yang selalu kita bayangkan─semuanya serba mudah, serba enak, serba nyaman, namun bahkan membayangkannya saja terasa mustahil. Apalagi orang-orang seperti kami.

Orang seperti Jay saja masih harus mengalami banyak kesulitan.

Aku ingat pertama kalinya melihat kejadian serupa─kekerasan yang dilakukan oleh Prasasti. Aku tidak tahu apa dia melakukannya juga terhadap Chrysan, karena ia tidak pernah menunjukkannya di depan kami. Hanya Valen dan Jay.

Paling sering sebenarnya Valen, padahal kami lebih banyak menghabiskan waktu dengan Jay dan jarang dengan Valen karena punya markas yang berbeda. Tapi Prasasti membuat kami dengan mudah menemukan Valen yang diperlakukan dengan buruk olehnya.

Kupikir, seiring berjalannya waktu dan umur yang semakin bertambah, perlakuan itu memudar. Ternyata tidak sama sekali. Sudah lama sejak aku menyaksikan Prasasti berbuat demikian. Mungkin teman-teman juga merasakan hal yang sama.

Ini pertama kalinya sejak... enam tahun terakhir, sejak Agatha meninggal.

Saat ibu Jay masih hidup, Jay lebih sering diperlakukan dengan kasar, namun ibunya selalu ada di sisinya dan membelanya sekuat tenaga. Tidak hanya Jay, ia juga melakukan hal yang sama kepada Valen. Bagaimanapun juga Agatha adalah ibu tiri Valen.

Chrysan... cukup berbeda. Entah karena dia perempuan, atau karena anak pertama, atau karena memang Chrysan tidak pernah punya alasan untuk membuat Prasasti semarah itu. Yang jelas, Chrysan diperlakukan sangat berbeda.

Aku benci ini. Aku benci merasa kasihan kepada mereka, sementara mereka bukan sosok yang berada di posisi untuk dikasihani.

"Kita harus bergerak sekarang." Ujar Jay dengan tenang, menutupi semua yang sebenarnya sedang ia rasakan. Meskipun aku menyadari ada yang aneh dengan ekspresi yang ia tunjukkan sekarang. Maksudku, bukan tampang ini yang sebelumnya menjambak rambut Neva keras-keras di depan mataku. Bukan, bukan.

Kemudian aku menyadari ada sesuatu yang berbeda.

"Ardoyne." Ia memegangi bahu Doy cukup lama. Aku menyaksikan mereka dengan tatapan penuh tanda tanya, namun sedikit banyak mengerti. Kemudian ia berbalik menghadap Valen. "Len, bawa ayah pergi dari sini."

Valen memandangi Jay bingung, dan mereka hanya saling tatap. Bertukar kalimat dalam diam.

"Lo mau ngapain?"

"Gerak."

Valen mengabaikan Jay begitu saja. Tidak begitu peduli dengan apa yang sedang Jay sembunyikan. Aku berserobok mata dengan Jay sepersekian detik. Ia langsung melengos dan aku semakin curiga dengan apa yang sedang ia rencanakan.

Tanpa berpikir lebih panjang, aku menghampirinya dan menggenggam tangannya. "Ada apa?"

Ia langsung menyentakkan tanganku dari tangannya, membuatku sedikit oleng. "Sorry." Ucapnya, memberiku impresi bahwa dia tidak sengaja melakukannya. Ia berdeham untuk membersihkan tenggorokan. "Dengar, ikuti saja perintahku, oke?"

Hah?

Dia kenapa, sih?

Aku tidak bisa menebak sama sekali emosi yang sedang ia alami.

Kemudian dia pergi, menghampiri Valen sekali lagi. Mereka berbicara singkat, lalu Jay pergi bersama Yayan. Sementara itu Valen mengekor Prasasti ke ruangan sebelah.

Aku berhenti memperhatikan mereka dan fokus terhadap apa yang ada di hadapanku. Aku mendekat pada Neva yang telah selesai bereuni bersama Doy.

Aku bertatap mata dengannya beberapa saat, kemudian memutusnya. Apa ini saatnya untuk bereuni juga?

Mad CityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang